31 August 2010
Siapa yang menciptakan allah?
“Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi syetan, lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia mejawab : “Allah”. Syetan berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?”. Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada Allah dan RasulNya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/258): “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ismail dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Adh-Dhahak, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (kemudian dia menyebutkan hadits itu).
Saya menilai : Hadits ini sanadnya hasan, sesuai dengan syarat Muslim. Semua perawi hadits ini adalah para perawi Muslim yang beliau jadikan pegangan dalam Shahih-nya. Tetapi Adh-Dhahak adalah Ibnu Utsman Al-Asadi Al-Huzami, dimana sebagian imam masih memperbincangkan mengenai hafalannya. Namun insya Allah hal itu tidak menurunkan haditsnya dari tingkat hasan. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri dan Laits bin Salim, menurut Ibnus Sunni (201) sungguh telah mengikuti periwayatannya. Jadi hadits ini dapat dinilai shahih. Sementara itu Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/266) menjelaskan.
“Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus, kemudian Abu Ya’la dan Al-Bazzar. Lalu Ath-Thabrani juga meriwayatkannya dalam Al-Kabir dan Al-Usath dari hadits Abdullah bin Amer. Bahkan Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari hadits Khuzaimah bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu”
Jadi adanya beberapa syahid (hadits pendukung) ini dengan sendirinya menaikkan tingkat hadits tersebut kepada derajat yang sangat shahih.
Hadits Ibnu Khuzaimah menurut Imam Ahmad (5/214) para perawinya adalah tsiqah, kecuali jika di antara mereka ada Ibnu Luhai’ah, sebab ia buruk hafalannya.
Mengenai hadits Ibnu Amer ini, Al-Haitsami (341) berkomentar : Para perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Ahmad bin Nafi’ Ath-Thihan, guru Ath-Thabrani”.
Demikian dia menandaskan namun tidak menyebutkan sedikitpun mengenai keadaan Ahmad bin Nafi Ath-Thihan tersebut, begitu tidak simpatiknya Al-Haitsami kepadanya. Demikian pula saya, sama sekali tidak mengenalnya kecuali bahwa dia orang Mesir, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam Ath-Thabrani Ash-Shaghir (hal. 10)
Kemudian sesungguhnya hadits itu juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah yang didapat dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’ sebagaimana adanya (tidak ada perubahan apapun).
Hadits ini dikeluarkan pula oleh Imam Muslim (1/84) dan Ahmad (2/331) dari berbagai jalan dari Hisyam, tanpa kalimat, “sesungguhnya godaan itu akan hilang daripadanya”.
Selanjutnya hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Dawud (4121) yang kalimatnya sampai pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya iman kepada Allah”. Dan ini merupakan riwayat Muslim.
“Artinya : Syetan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata : “Siapakah yang menciptakan demikian ? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya : “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?” Apabila ia sampai demikian, maka hendaknya memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya”
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu Sunni.
Hadits ini juga mempunyai jalur lain yang besumber dari Abu Hurairah dengan lafazh.
“Artinya : Hampir orang-orang saling bertanya di antara mereka sehingga seorang di antara mereka berkata : “Ini Allah, menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan demikian, maka katakanlah : “Allah Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Kemudian hendaklah salah seorang kamu mengusir (isyarat meludah) ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan dari syetan.
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud (4732) dan Ibnu Sunni (621) dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim, seorang budak yang dimerdekakan Bani Tamim, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah yang menuturkan : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kemudian ia menuturkan hadits itu)”.
Saya menilai : Hadits ini shahih sanadnya. Para perawinya tsiqah. Bahkan Ibnu Ishaq juga menjelaskan berita itu. Hingga dengan demikian amanlah hadits ini dari cela.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah yang mendengar dari bapaknya, sampai perkataan : “Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Umar bin Salamah melanjutkan : “Abu Hurairah menceritakan : “Demi Allah, sesungguhnya, pada suatu hari aku duduk, tiba-tiba seseorang dari penduduk Iraq berkata kepadaku “ Ini Allah, pencipta kita. Lalu siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Abu Hurairah melanjutkan ceritanya : “Kemudian aku tutupkan jariku pada telingaku lalu aku menjerit seraya berkata : “Maha benar Allah dan RasulNya”.
“Artinya : Allah Esa, tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (2/387). Para perawinya tsiqah kecuali Umar. Ia adalah lemah (dha’if).
Menurut Imam Ahmad (Juz II, hal. 539) hadits ini juga mempunyai jalur lain dari Ja’far dia memberitakan : “Telah bercerita kepadaku Yazid bin Al-Asham, dari Abu Hurairah secara marfu’, seperti hadits sebelumnya. Yazid mengisahkan : “Telah bercerita kepadaku Najmah bin Shabigh As-Salami, bahwa dia melihat para penunggang datang kepada Abu Hurairah. Kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai hal itu. Lalu Abu Hurairah berkata : “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Tidaklah kekasihku bercerita kepadaku tentang sesuatu melainkan aku telah melihatnya dan aku menunggunya. “Ja’far berkata : “Telah sampai kepadaku bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Manakala orang-orang bertanya kepadamu tentang hal ini, maka katakanlah : “Allah adalah sebelum tiap-tiap sesuatu. Allah menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Allah ada setelah tiap-tiap sesuatu”
Sanad marfu’nya adalah shahih adapun yang disampaikan oleh Ja’far alias Ibnu Burqan adalah mu’dhal (hadits yang perawi-perawinya banyak yang gugur), dan apa yang ada di antara shahih dan mu’dhal adalah mauquf. Tetapi Najmah disini tidak saya kenal. Demikian pula dalam Al-Musnad, Najmah ditulis dengan “mim” (Majmah) sedangkan dalam Al-Jarh wat Ta’dil (4/1/509), tertulis Najbah dengan “ba”. Selanjutnya Imam Ahmad menjelaskan.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Yazid Ibnul Asham juga meriwayatkan darinya, dan mengatakan : “Saya mendengar bapakku berkata demikian dan tidak menambahkan!” Juga Al-Hafidzh dalam At-Ta’jil, tidak menambahkannya dan itu sesuai dengan syarat yang dibuatnya.
HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM HADITS
Hadits-hadits shahih ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang digoda oleh syetan dengan bisikannya, “Siapakah yang menciptakan Allah?”, dia harus menghindari perdebatan dalam menjawabnya, dengan mengatakan apa yang telah ada dalam hadits-hadits tersebut.
Lebih amannya ialah dia mengatakan :
“Saya beriman kepada Allah dan RasulNya. Allah Esa, Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Kemudian hendaklah dia berisyarat meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan, serta menepis keragu-raguan itu”.
Saya berpendapat : Orang yang melakukan demikian semata-mata karena taat kepada Allah dan RasulNya serta ikhlas. Maka keraguan dan godaan itu akan hilang darinya dan menauhlah setannya, mengingat sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya godaan itu akan hilang darinya”.
Pelajaran dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini jelas lebih bermanfaat dan lebih dapat mengusir keraguan daripada terlibat dalam perdebatan logika yang sengit diseputar persoalan ini. Sesungguhnya perdebatan dalam soal ini amatlah sedikit gunanya atau boleh jadi tidak ada gunanya sama sekali. Tetapi sayang, kebanyakan orang tidak menghiraukan pelajaran yang amat bagus ini. Oleh karena itu ingatlah wahai kaum muslimin dan kenalilah sunnah Nabimu serta amalkanlah. Sesungguhnya dalam sunnah itu terdapat obat dan kemulianmu.
[Disalain dari buku Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi Indonesia Silsilah Hadits Shahih dan Sekelumit Kandungan Hukumnya oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka Mantiq, hal 368-372 penerjemah Drs.HM.Qodirun Nur]
==============================================
Pertanyaan siapakah yg menciptakan ALLAH ?
Jika pertanyaan itu disampaikan oleh seorang muslim kpd muslim yg lain, atau
pertanyaan itu muncul sekonyong-konyong terlintas pikiran seorang, maka sangat mungkin bahwa pikiran terlintas itu adalah BISIKAN SETAN.
maka harus menjawabnya sesuai telah yg diajarkan oleh Muhammad SAW bagi seorang muslim, yakni sesuai hadits di bawah ini.
Karena bagi seorang muslim,sesungguhnya dia sudah tahu pasti bahwa ALLAH itu Al-Awal (maha-pertama yg tidak diciptakan), As-Shomad (tidak bergantung, tidak berhajat kpd apapun, segala makhluk berhajat kpd DIA).
Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Ahmad dlm kitab 6/258:
“Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan (dibisiki setan)
lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab : “ALLAH”.
Setan (membisiki dan) berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan ALLAH?”.
Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada ALLAH dan rasulNya), maka (godaan) yg demikian itu akan segera hilang darinya” Hadits kedua HR.Muslim - No. 193 :
Dan telah menceritakan kepadaku Abdullah bin ar-Rumi telah menceritakan kepada
kami an-Nadlar bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Ikrimah -yaitu Ibnu
Ammar- telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW berkata kepadaku,
"Wahai Abu Hurairah, mereka akan senantiasa bertanya kepadamu hingga mereka berkata, 'Ini (ciptaan) Allah, lalu siapa yang menciptakan Allah'."
Abu Hurairah berkata, "Ketika aku berada di masjid, tiba-tiba orang-orang dari kaum Baduwi mendantangiku seraya bertanya, 'Wahai Abu Hurairah, ini (ciptaan) Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah'.
Perawi berkata, 'Kemudian Abu Hurairah mengambil kerikil dengan telapan tangannya, lalu melempar mereka
sambil berkata, 'Berdirilah, berdirilah, sungguh benar (perkataan) kekasihku (yakni Muhammad SAW)'"
===========================================
Adapun jika yg bertanya adalah non-muslim, dan merasa puas dgn jawaban di atas, maka sangat baik bagi dia,
artinya benih-benih keimanan kpd agama yg hanif ada dlm dirinya.
Karena jawaban itu adalah jawaban universal milik semua nabi.
Semua nabi mendapat perintah yg sama dari ALLAH untuk mengajarkan kpd umatnya utk tidak banyak menanyakan yg macam-macam ttg hakekat ALLAH,
cukup memikirkan ttg ciptaanNYA dan apa-apa yg ada dalam diri mereka,maka timbul rasa takjub yang bisa memperkuat keimanan mrk.
Sebagaimana jawaban Musa kpd umatnya ketika mereka berkata "kami tidak akan beriman kpd ALLAH, sebelum melihatNYA dgn mata kepala sendiri", maka Musa menyuruh mrk merenungi/ men-tafakur-i ttg ciptaanNYA, jangan memikirkan hakekat ALLAH itu.
Coba anda renungkan dgn sungguh-sungguh.
Jangan-kan utk bisa mencapai ttg hakekat ALLAH,………….
Kepada hal yang lain saja yg jauh lebih sepele, bahkan ada di dalam diri mrk, ternyata kita semua TIDAK MAMPU MENGETAHUINYA, padahal semua orang berhajat ttg itu, yakni urusan ROH/NYAWA.
Bagaimana mungkin manusia bisa mencapai /mengetahui hakekat ALLAH,
melihat nyawa saja tidak bisa. Maha suci Tuhan atas segala keputusanNYA.
Maka cukup-lah berpikir ttg ciptaan ALLAH dan jangan memikirkan ttg hakikat ALLAH.
Adapun jawaban pertanyaan 'siapa yg menciptakan ALLAH' berdasarkan pendekatan Fikih / Pemahaman, hanyalah sebagai tambahan saja,
penjelasan semacam ini TIDAK DIAJARKAN KATA DEMI KATA OLEH NABI, melainkan disusun oleh manusia biasa, yg diperoleh dari pemahaman dia terhadap nash, sehingga bisa memuaskan, bisa juga tidak.
Seperti penjelasan seorang ulama, yang saya sadur di bawah ini…
=======================================
Bahwasanya Al Khaliq menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada, maka segala yg DIA ciptakan adalah makhluk.
Al Khaliq itu wajib adanya (wajibul wujud), karena kalau DIA tidak ada, maka DIA tidak mencipta, dia bukan Al Khaliq.
DIA bukan-lah makhluk, karena sifatnya sebagai Maha-pencipta memastikan bahwa DIA bukan-lah makhluk.
Al Khaliq adalah tidak terbatas, maha berkuasa atas segala sesuatu, atas segala urusan, adapun semua makhluk (manusia, alam semesta, dan kehidupan) adalah bersifat lemah, terbatas dan penuh ketergantungan kpd yang lain.
Contoh oknum manusia yg sombong yang merasa gagah, padahal sejatinya dia sangat lemah, satu menit saja, otaknya tidak merima oxygen, maka dia menjadi linglung, sejumlah besar memory-nya terhapus, atau mungin lebih fatal lagi.
Tentang Maha-pencipta itu, manusia berfikir / berasumsi ada tiga kemungkinan.
Kemungkinan ke-1 : DIA diciptakan oleh yang lain.
Kemungkinan ke-2 : DIA menciptakan diriNYA sendiri.
Kemungkinan ke-3 : DIA bersifat azali (tidak ber-awal dan tidak ber-akhir), berarti DIA tidak diciptakan, juga DIA bersifat wajibul wujud (wajib adanya).
Kemungkinan ke-1 adalah kemungkinan yg BATHIL, tidak bisa diterima dgn akal,
jika memang DIA diciptakan oleh yg lain, maka DIA bersifat lemah dan terbatas.
Kemungkinan ke-2 yg meng-asumsi-kan bahwa DIA menciptakan dirinya sendiri adalah kemungkinan yg BATHIL juga,
berarti Dia sebagai pencipta dan sebagai makhluk pada saat yg bersamaan. Ini juga tidak bisa diterima akal.
Hanya kemungkinan ke-3 yang BENAR, bahwa dia adalah bersifat azali dan wajibul wujud,
tidak diciptakan oleh apapun, tidak diciptakan oleh siapapun, Dia-lah ALLAH yang maha-agung.
Demikianlah penjelasan yg bersumber dari Fikih / pemahaman.
Tentu saja,
penjelasan yg terbaik adalah penjelasan para nabi, Noah, Abraham, Moses, Yesus termasuk penjelasan dari Muhammad SAW.
Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan (dibisiki setan),
lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab : “ALLAH”.
Setan (membisiki dan) berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan ALLAH?”.
Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih”
(aku beriman kepada ALLAH dan rasulNya), maka (godaan) yg demikian itu akan segera hilang darinya”
Hadits kedua HR.Muslim - No. 193 :
Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment