06 December 2010

Cara mengecek Charging system pada mobil

Charging system pada mobil merupakan salah satu sistem utama di setiap kendaraan. Terutama mobil, wajib memiliki charging System yang baik.

Tujuan dari Charging system ini pada dasarnya adalah untuk melakukan pengecasan ulang terhadap daya aki yang terpakai saat melakukan starter, menyalakan lampu, dan aksesoris lainya. Selain itu charging system juga menjadi sumber tegangan utama saat mesin kendaraan hidup.

Charging system merupakan sistem pada kendaraan yang tidak terlalu berkembang dalam artian tidak begitu banyak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang.
Charging system bekerja dengan cara :




Merubah Energi mekanik (putaran pulley yang di hubungkan oleh v belt ke crank saft) menjadi Energi Elektrik.

Komponen utama Charging system
Komponen utama dari Charging system antara lain Aki, Alternator, Voltage Regulator.
Sering kali kita menvonis aki kita rusak, sebenarnya belum tentu aki kita tersebut sudah rusak apalagi untuk aki yang masih berumur di bawah 8 bulan..kemungkinan kecil untuk rusak. Bisa saja aki mengalami discharge yang sangat besar karena tidak normalnya Charging System kita. Apabila tidak adanya pengisian oleh Charging system..maka daya dari aki akan terkuras dan lama-lama akan habis terpakai. (menghidupkan koil, lampu, komputer, dll). Jika sudah habis maka mobil kita akan mogok ...Sebenarnya aki ini masih bisa dipakai jika kita melakukan charge ulang dengan menggunakan battery charger....

komponen Charging system lainya yaitu Alternator.(disebut juga dinamo Ampere).Yaitu sebuah generator yang menghasilkan arus AC (Alternating Current), Namun arus AC ini segera dirubah menjadi DC(Direct Current) oleh alternator itu sendiri. Sebab pada kendaraan (mobil pada umumnya) menggunakan aki 12V DC.
Tentang alternator lebih jauh klik here

Voltage Regulator : Fungsi dari voltage regulator adalah sesuai dengan namanya mengatur tegangan agar output dari alternator berada pada kisaran 13,5volt sampai 14,5 volt...agar tidak merusak komponen elektrikal pada kendaraan. Pada awalnya pengatur tegangan ini ditempatkan terpisah dengan alternatornya berupa Cut Out..tetapi sekarang seiring dengan kemajuan teknologi fungsi dari pengatur tegangan ini sudah dapat di bentuk dengan modul ic yang kompak sehingga bisa di letakan didalam alternator itu sendiri.
Cut out

IC voltage Regulator
(dari thread Bro Adye Ahmad)

Pengisian pada kendaraan dapat dianalogikan dengan aliran air. Aliran air untuk mengisi sebuah ember kosong akan cepat apabila selangnya cukup besar dan juga tekanan dari air tersebut cukup kencang. Namun tekanan yang terlalu kencang dapat menjebol sambungan2 selang dan juga ember itu sendiri. Demikian halnya dengan Pengisian pada kendaraan. Tegangan atau Voltage dari charging system mirip dengan tekanan pada air...dan selang yang digunakan adalah kabel pengisian. Sedangkan ember penampung air dalam charging system adalah Aki. Terlalu besar Voltage dapat merusak komponen kendaraan seperti aki, computer, dan lain-lain(merupakan tugas dari voltage regulator untuk menahan agar ini tidak terjadi). Agar pengisian aki dapat berlangsung cepat maka hambatan pada kabel harus seminimal mungkin dan arus pengisian (ampere) yang cukup deras.
Ketika kendaraan melaju dengan kencangnya kemungkinan output tegangan dari alternator akan semakin meningkat. Seiring dengan itu maka voltage regulator mengurangi kekuatan magnet dari alterntor sehingga secara otomatis output dari alternator menjadi berkurang juga.


Kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi
Kemungkinan kemungkinan kegagalan dari charging system antara lain :
1. Kegagalan pada Alternator (dinamo ampere) itu sendiri seperti :

Rusak nya salah satu dari tiga gulungan. Sehingga output yang dihasilkan menjadi 2/3 dari output seharusnya. Masalah seperti ini sangat jarang terjadi dan sangat sulit untuk cepat dideteksi. Sebab gejala kerusakan akan terasa apabila kita menggunakan seluruh aksesoris kendaraan secara bersamaan. Seperti mengendarai dimalam hari dengan lampu, AC, Tape, Defogger, fog lamp, wiper pada kondisi hidup mungkin baru akan terasa ..ketika wiper melambai, head lamp ikut mengedip atau main. Nah ini kemungkinan salah satu dari 3 gulungan putus.

Rusaknya salah satu diode dari 6 diode rectifier : Gejalanya sama percis dengan gejala diatas.

Rusaknya Voltage Regulator : Hal ini ditandai dengan cepat putusnya komponen-komponen electrical anda seperti bohlam, dan komponen lainnya. Selain itu timbul bau asam menyengat dari aki karena penguapan yang begitu besarnya. Hal ini harus segera diperbaiki karena selain merusak komponen electrical yang lain juga dapat merusak Aki.

Suara berisik hingga macet : Suara berisik yang mungkin timbul dari alternator adalah karena adanya komponen bearing alternator yang sudah macet atau rusak. Sehingga saat alternator berputar dengan kencang akan terdengan suara gemuruh bahkan kalau sudah parah akan timbul macet pada rotor dinamo ampere sehingga tidak terjadi pengecasan sama sekali.
2. Kegagalan pada wiring system seperti :

Medan magnet tidak terbentuk : Ketika posisi kunci kontak sudah pada posisi on maka seharusnya pada alternator sudah terdapat medan magnet. Hal ini dapat dijadikan dasar pengecekan pertama pada alternator anda. . Jika tidak ada medan magnet maka dapat dipastikan charging system tidak bekerja dengan sempurna. Hal ini dapat disebabkan karena adanya socket ke alternator yang lepas (sering terjadi) selain itu juga bisa diakibatkan brush atau arang alternator sudah habis.

Kabel pengisian utama (dari charging output) korosi atau putus : apabila kabel utama pengisian ini putus maka Alternator akan bekerja sia-sia, sebab keluaran dari alternator tidak ditampung dengan baik. Begitu pula jika terjadi korosi pada kabel pengisian utama ini..misalnya dari charging output terminal keluar 14 volt , karena korosi maka yang sampai ke terminal aki menjadi hanya 12,6 volt...sehingga pengisian akan berkurang dan tidak maksimal.

Kabel Ground dari aki ke Egine kurang baik atau korosi : Sama halnya dengan kabel pengisian utama yang korosi, kabel grounding dari terminal aki - ke engine yang korosi dapat menurunkan kemampuan pengisian. Karena grounding alternator mengambil langsung dari body alternator yang di baut ke engine. Sehingga apabila grounding dari aki ke engine kurang baik..maka hasil dari pengisian alternator juga akan berkurang.

Metode Pengecekan Sederhana
Pengecekan Medan Magnet
Seperti dijelaskan diatas, Cara pengecekan Paling sederhana adalah dengan merasakan apakah medan magnet terjadi ketika kunci kontak pada posisi ON. Caranya dengan menggunakan Sebuah benda logam besi seperti obeng, atau pisau...dekatkan pada dinamo ampere ketika kunci kontak pada posisi On (cukup pada posisi on tidak perlu hidup mesin). Apabila terdapat medan magnet minimal anda tahu bahwa wiring dan alternator sudah benar. Tetapi apabila tidak terdapat medang magnet Segera cek wiring dan bila perlu alternator.



Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

Cara Irit BBM

Seringkali kita mengeluh dengan pengeluaran yang kita harus keluarkan pada saat mengirisi bahan bakar dan bukan itu saja nampaknya kendaraan kita bahkan semakin tahun cenderung semakin haus saja.Untuk membantu mencarikan solusinya kami telah menghimpun informasi dari berbagai sumber untuk anda seputar tip untuk mengemat BBM



Berikut beberapa tip yang dapat anda lakukan untuk menghemat BBM, yaitu :

1. Cara mengemudi yang baik
Mungkin anda tidak menyadari bahwa cara mengemudi dapat menentukan hemat tidaknya penggunaan bahan bakar. Kunci dari mengemudi hemat adalah melajukan mobil sekonstan mungkin. Mengemudilah dengan benar dan halus. Karena berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mengemudi dengan benar dan halus bisa menghemat pemakaian BBM anatar 20 % – 30 % dibanding jika anda mengemudi dengan cara yang agresif. Selaian itu, berakselerasi seperlunya dan memanfaatkan kelembaman kendaraan untuk bermanuver. Hindari menginjak pedal gas atau rem secara mendadak. Dengan demikian tenaga mesin dapat efisien.

2. Sesuaikan posisi gigi dengan benar.
Selain kebiasaan mengemudi, perpindahan transmisi dengan benar juga dapat menghemat bahan bakar. Mengingat mesin mobil pada umumnya bekerja dengan efisien pada putaran 2500 – 4000 rpm, maka sebaiknya dilakukan pergantian gigi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar mesin mobil tetap berada pada daerah putaran mesin yang paling efektif tersebut.

3. Jangan lupa untuk terus memperhatikan econometer atau alat ukur tekanan intake-manifold, terutama pada kendaraan buatan eropa atau amerika.
Mengingat econometer atau alat ukur tekanan intake-manifold merupakan petunjuk kerja mesin, maka anda dapat terus memantaunya untuk mengetahui hemat tidaknya penggunaan BBM. Misalnya, jika tekanan rendah, berarti kerja mesin ringan dan penggunaan BBM irit. Sebaliknya, jika tekanannya tinggi, maka kerja mesin berat dan penggunaan BBM akan boros. Penghematan BBM juga dapat dihasilkan, jika anda menggunakan cruise control atau alat pengendali kecepatan pada waktu melaju di jalan tol. Hanya saja tidak smeua mobil dilengakpi dengan alat ini, hanya jenis mobil-mobil mewah saja yang diberi fasilitas ini.

4. Tanpa AC pasti lebih irit (mungkin pagi hari diudara cerah)
sistem pendingin mobil standar memiliki kontrol kecepatan fan dan kontrol temperatur. Kontrol kecepatan fan berfungsi mengatur banyak sedikitnya sirkulasi udara. Sedangkan kontrol temperatur berfungsi melepas kopling magnetik dari kompressor dan mematikan fan kondensor jika temperatur ruangan sudah tercapai. Dengan demikian, dapat melepas beban AC dari mesin untuk mengurangi konsumsi BBM.

5. Jangan sampai Ban mobil anda kurang angin.
Perhatikan tekanan angin ban. Pompalah ban mobil sesuai standar atau rekomendasi pabrik. Karena ban yang kurang keras atau kempis dapat memperbesar gesekan, menghambat laju mobil, dan memboroskan BBM. Selain itu, ban kurang keras atau kempis lebih cepat panas dan memperbesar risiko meletus.

Pada umumnya ban radial direkomendasikan untuk bekerja efisien pada tekanan 32 – 35 psi. Agar ban mobil tidak cepat kempis, maka anda juga perlu memperhatikan aksesori yang digunakan di mobil. Karena aksesori mobil juga dapat menjadi sumber keborosan BBM. Semakin ringan bobot kendaraan, mesinpun bekerja makin ringan.

Walaupun setiap mobil memiliki koefisien hambatan angin yang berbeda-beda, namun sebaiknya anda mengurangi aksesori tambahan, seperti kaca spion, antena, ban lebar, tanduk depan, foot step, dongkrak buaya, roof-rack, setumpuk majalah, dan benda-benda lainnya yang memiliki bobot cukup berat, karena dianggap mampu memperbesar hambatan angin kendaraan. Begitu juga dengan modifikasi untuk meninggikan dan mengangkat kendaraan.

6. Menguasai rute jalan pilih yang terdekat dan hindari kemacetan
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dengan memilih rute terpendek atau tidak macet dapat menghemat BBM. Bahkan anda disarankan untuk berjalan diwaktu lengang yang sedikit kemacetan.Ingat, ketika mobil berhenti konsumsi BBM-nya adalah 0 km/liter.

7. Kondisi mobil yang prima
Servis sesuai jadual yang direkomendasikan pabrik. Membersihkan atau mengganti filter udara membuat mesin bisa bernafas lega. Atau mengganti seluruh pelumas sehingga gesekan antar komponen bisa ditekan seminimal mungkin. Servis berkala juga memastikan mesin mobil bekerja dengan perbandingan udara dan bensin yang tepat sehingga bisa mencegah pemborosan.

8. Pilih kendaraan yang efisien
Saat ini begitu banyak pilihan kendaraan yang irit bahan bakar,dengan menyesuaikan dengan kemapuan dan model yang kita inginkan.

Dengan tehnologi VVTI atau EFI, direct injection pada mesin diesel menunjukkan performa mesin yang dipadu dengan efisiensi bahan bakar.

Mau kendaraan balap jangan pernah berfikir efisien tapi kalau mau cepat saja masih banyak pilihan.

Hemat pangkal kaya itu memang suatu hal yang sangat penting di hari-hari ini,bukan itu saja dengan berhemat berarti kita bisa mempergunakan pengengeluaran kita untuk yang lain,misalnya perpanjang STNK atau bayar asuransi jangan lupa membayar angsuran bagi yang kredit.


Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

05 November 2010

Wanita, Berapa Harga Dirimu?


Wanita, Berapa Harga Dirimu?

Penghargaan orang tergantung bagaimana kita menghargai diri kita sendiri
Apabila kita mematok harga murah untuk diri kita, maka murah jugalah Allah akan menghargai kita. Sebaliknya jika harga standar ditetapkan tinggi, maka Allah pun akan memberikan penghargaan yang setimpal. Harga yang paling tinggi adalah ketaqwaan. Karena berdasar harga ini pulalah Allah akan menentukan penilaian terhadap setiap manusia. Harga yang lebih rendah adalah yang menyangkut fisik seperti kecantikan, penampilan, kekayaan, atau jabatan.
Semua ini dinilai rendah karena bersifat kebendaan, keduniaan semata, yang sewaktu-waktu bisa lenyap ditelan bumi. Bila kita menghargai diri dengan standar kebendaan ini, sungguh kita hanya memberi harga sebatas usia bumi saja. Alam akhirat yang kekal justru tidak akan mau memberi harga kepada jasad kita. Maka jika kebendaan ini usianya telah usai, hendak lari ke mana kita?


1.Seharga kecantikan

Jika kita merasa akan dihargai orang hanya bila bisa menonjolkan kecantikan dan keindahan tubuh, maka berarti harga diri kita hanya sebatas kecantikan itu. Tak lebih seekor burung merak yang sibuk memamerkan keindahan bulunya. Decak kagum dan pujian memang akan diperoleh, tetapi tujuan hidup yang demikian tentu tidak bisa dibenarkan. Orang seperti ini akan sibuk hanya merawat kecantikannya. Tak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus diberikan dan berapa banyak pelanggaran yang harus dilakukan. Yang penting tampil cantik dan menarik, dan menjadi idola banyak orang. Ratu-ratuan merupakan ajang kebanggaan bagi mereka. Membuka aurat juga menjadi hobby-nya, karena hal itu merupakan kesempatan untuk memamerkan kelebihannya. Maka umur mereka hanya sebatas di dunia ini saja.

2. Seharga penampilan

Hampir sama dengan harga berdasar kecantikan, wanita seharga penampilan ini baru merasa akan dihargai orang jika ia bisa tampil dengan prima. Maka perhatiannya pun terpusat untuk memikirkan, penampilan apa yang paling trend?
Baju mini mana yang sedang digemari?Atau semerbak parfum Charles Jourdan?
Bisa jadi pasangan serasi tas, sepatu, dan arloji dari Gucci. Maka demi penampilan yang prima ini, orang rela mencarinya hingga ke ujung dunia.
Atau kalaupun sudah berpakaian syar'i, bisa jadi berpakaiannya itu hanya untuk disebut 'akhwat', padahal hatinya masih ikhwit. Berjilbab karena ada sesuatu yang memotivasi selain Allah. Maka ya hanya sampai itu saja harga dirinya.
3. Seharga kemewahan
Pernahkah kita iri melihat sekelompok wanita dengan penampilan trendy, mengendarai mobil BMW, berbelanja baju-baju mahal di swalayan dan membayarnya hanya dengan selembar kartu kredit? Terlintaskah keinginan untuk meniru dan merasakan kenyamanannya? Jika pernah, berarti ini sudah gejala buruk. Kita mulai menghargai diri senilai kemewahan. Merasa bahwa diri ini akan dilihat orang jika mamapu hidup mewah. Beranggapan bahwa mereka yang berduitlah yang akan mendapat perhatian. Anggapan seperti ini akan membuka jalan bagi penghalalan segala cara demi mencapai kemewahan hidup. Dan, banyak wanita yang memilih jalan pintas untuk meraihnya.

4. Seharga jabatan

Apakah kita sangat berambisi mengejar karir dan jabatan demi nama baik?
Itu sama artinya dengan menghargai diri sebatas pada jabatan. Lantas jika tidak memiliki jabatan atau karir merasa diri sebagai wanita murahan. Demi karir, ibu-ibu rela meninggalkan balitanya untuk ditunggui baby sitter yang belum tentu juga bisa mendidik. Demi karir juga, seorang istri harus menelantarkan suaminya. Bahkan demi jabatan dan status, banyak orang rela memberikan uang pelicin, yang jumlahnya bisa-bisa lebih dari gajinya selama setahun. Yang begini-begini jelas tidak rasional lagi, sekalipun sering dengan alasan yang masuk akal seperti untuk mengamalkan ilmu, untuk mengabdikan diri bagi masayarakat, dan sebagainya. Langkah itu sudah berlebihan.

5. Seharga kepandaian

Ataukah kita berpendapat bahwa wanita sejati hanyalah yang mumpuni dalam bidang keahlian tertentu? Yang berhak menyandang sederetan gelar, dan disebut cendekiawan? Yang digolongkan sebagai tenaga ahli dan pakar? Yang banyak berbicara dalam seminar-seminar? kecenderungan orang sekarang adalah mengejar gelar S-2 dan S-3. Sarjana S-1 dianggap sudah terlalu umum dan kurang laku. Sementara untuk memperoleh gelar-gelar yang lebih tinggi itu diperlukan waktu yang tidak sedikit. Biaya pun mahal. Tetapi semuanya dikorbankan demi gelar Walau harus menuntut ilmu ke luar negeri meninggalkan keluarga pun dijalani. Jangan salah memahami bahwa ilmu pengetahuan tidak penting bagi wanita. Bukan begitu. Ilmu pengetahuan penting bagi siapa saja, dan wajib dicari sepanjang hayat dikandung badan. Tetapi yang harus dihindari adalah sekolah untuk mengejar gelar. Lantas berharap dari gelar yang disandang itu akan mendapat tempat tinggi dalam masyarakat. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh tentu semakin baik, asalkan kita tidak menjadi sombong dengan gelar yang ada. Tidak merasa hanya akan dihargai bila mengedepankan gelar-gelar itu.

6. Seharga keimanan

alan terbaik adalah memasang harga diri tinggi, yaitu berdasar keimanan. Standar ini mendorong kita untuk merasa memiliki harga di mata masyarakat maupun di depan Allah hanya jika kita memiliki iman. Dan inilah satu-satunya harga diri yang kekal abadi, tidak ikut terkubur oleh kehancuran bumi. Dengan harga diri seperti ini kita bisa bersikap penuh keyakinan, sama sekali tidak tergiur iming-iming kebendaan apapun karena harapan satu-satunya adalah keridhaan Allah swt. Hanya dengan cara inilah kita bisa hidup tenang, tenteram, bahagia dan penuh percaya diri, walaupun kita dipandang asing oleh masyarakat karena memiliki pola hidup yang berbeda. Keimanan yang tinggi sudah cukup membuat diri kita bangga, tidak lagi iri dengan segala macam kelebihan orang lain selain kelebihan iman.
Sebaliknya kita akan merasa sama sekali tidak berharga manakala keimanan sempat kendur sehingga kita jauh dari Allah swt.
Allahu`alam
Wanita Sholihah adalah qonitat (Taat) Hafidzat (Menjaga Diri), Karena Allah telah memelihara (Kehormatan) dirinya. (An Nisa:34)

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

15 October 2010

TUNE UP MESIN

Penggunaan yang terus menerus mengakibatkan bagian-bagian pada mobil mengalami perubahan. Perubahan yang tidak dapat di­hindari tersebut dapat terjadi akibat gesekan, fungsi penyarin gan pada filter dan lain-lain selama penggunaan. Supaya mobil bisa bekerja optimal lagi maka bagian-bagian ini harus mendapat penyetelan ulang atau penggantian dan pembersihan dari debu maupun kotoran lainnya.
Pekerjaan Engine Tune Up atau Tune Up Mesin adalah tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi mesin pada taraf kerja mesin yang optimal, yaitu dengan menyetel ulang, membersihkan, atau mengganti bagian yang sudah rusak. Keuntungannya, penggu naan bahan bakar lebih irit, mesin awet.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan informasi tentang pekerjaan Tune Up Mesin untuk mesin yang digunakan pada Toyota Kijang, yaitu mesin seri K, khususnya 5K & 7K. Penjelasan tentang cara kerja yang berurutan dan disertai gambar, akan mempermudah pemilik mobil, merawat dan memperbaiki mobil.

Sebelumnya memulai pekerjaan Tune Up Mesin atau pekerjaan reparasi lainnya, sangatlah penting untuk memperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut:

Pakailah kain atau plastic tutup-pengaman: fender, tempat duduk dan lantai, agar kendaraan terhindar dari kotoran maupun kerusakan lainnya. Selama pekerjaan bongkar pasang dilaksanakan, hendaknya bagian kendaraan yang dibongkar diatur dengan rapi dan berurutan sehingga mempermudah waktu pemasangan kembali.
Sebelum melakukan pekerjaan kelistrikan, kabel dari termi nal battery (aki) harus dilepaskan.

Pen, gasket, dan ring O harus selalu diganti dengan yang baru . Pada waktu melakukan perakitan, gunakan perapat (sealer) pada gasket untuk menghindari kebocoran.

Perhatikan spensifikasi momen pengencangan baut, dan guna kan selalu kunci momen.
Setiap penggantian suku cadang, hendaknya selalu menggunakan suku cadang yang asli.

Tidak mengganti sekering dengan sekering yang amperenya lebih besar, karena hal ini dapat mengakibatkan kebakaran pada kabel-kabel instalasi mobil.

Jika kendaraan diangkat (dongkrak), gunakan penunjang tetap. Jangan mengerjakan sesuatu di bawah kendaraan tanpa penyangga tetap karena bahaya tertindih mobil.

Hindari cara membuka sesuatu dengan palu dan pahat karena hal ini akan merusak permukaan mur-baut dan bagian-bagian lain. Gunakan selalu kunci yang cocok dan peralatan khusus yang telah disediakan oleh pembuat kendaraan. Pekerjaan Tune Up Mesin dapat dimulai dengan memperhatikan:

System Air Pendinginan

Melihat tinggi permukaan air atau cukup tidaknya air dalam radia­tor tidak perlu dengan membuka tutup radiator, cukup dengan memeriksa permukaan air pada tangki cadangan (reservoir tank).

Apabila dalam 2 atau 3 hari, air pada tangki cadangan ini selalu habis, maka segera mengadakan penelitian yang cermat. Mungkin ada bagian yang bocor, akibat kerusakan sealer atau pecahnya selang radiator atau pompa air bocor. Segeralah mengadaan perbaikan.

Periksa Air Pendingin.


Disaat mesin masih dingin, tutup radiator dibuka dan per hatikan kualitas dari air pendingin. Harus bersih, tanpa oli atau kotoran karat dan lain-lain. Kalau sudah kuning berkarat, segera mengganti dengan air yang baru. Membuang air bekas dari radiator dapat dengan mengendorkan sekrup kupu-kupu plastik yang ada di bagian bawah dari radiator sisi dalam. Atau melepaskan baut kuningan dengan kunci 14 mm, di bagian depan blok mesin, di bawah water pump (pompa air).

Apabila air pendingin mengandung oli, maka hal ini menanda kan ada yang tidak beres dengan mesin mobil. Mungkin terjadi keretakan pada kepala silinder, paking kepala silinder rusak atau korosi pada kepala silinder. Hal ini biasanya diikuti dengan temperatur mesin yang tinggi.

Memeriksa kebocoran pada system pendinginan. Dengan menggunakan alat test tutup radiator, dapat diketahui bocor tidaknya system pendinginan. Kerusakan-kerusakan pada radiator, berupa lepasnya timah penyambung atau lubangnya pipa radiator. Bagian ini akan memperlihatkan tetesan air.


Slang radiator yang tidak terpasang dengan baik akibat kendornya klem atau water pump yang rusak dapat menyebabkan kebocoran pada system pendinginan. Temperatur mesin yang sekonyong-konyong naik terlalu tinggi, dapat disebabkan oleh penyumbat (water plug) yang pecah, atau thermostat rusak.

Tutup radiator yang rusak karet sealer atau per klep, akan menyebabkan air dalam radiator cepat habis, yang pada saatnya akan merusak mesin akibat terlampau panas. Hati-hati membelitutup radiator yang palsu.

Temperatur yang terlampau tinggi dapat merusakkan bagian-bagian yang terbuat dari karet, kwalitas oli, bahkan dapat meretakkan kepala selinder, yang akhirnya akan menurunkan daya kerja dari mesin. Sebaliknya temperatur yang dingin pada saat kendaraan berjalan menurun dan panas disaat mendaki juga tidak baik. Karena perubahaan temperatur yang terla lu sering, dapat mempercepat keausan pada silinder mesin.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut, maka pabrik pembuat mobil selalu melengkapi mesin mobil dengan thermostat, yang mengatur/menjaga supaya temperatur mesin selalu tetap. Bila ditemukan, sekonyong konyong temperatur mesin menjadi sangat tinggi, sedangkan persediaan air cukup dan tali kipas tidak putus maka bisa jadi penyebabnya ialah rusaknya thermostat.

Menyetel RPM, Idle dan Idle Up

Bagaimana menyetel RPM yang benar.
Ada 3 sekrup di karburator yang memegang peran penting membuat mesin bensin menjadi optimal. Memang perlu diketahui bahwa di negeri maju, karburator sudah ditinggalkan dan diganti dengan sistem injeksi. Mengingat sistem ini lebih baik, dan suplai bensin menjadi lebih pasti dan pembakaran menjadi lebih bagus, homogin.

Namun harus diakui, masih banyak mobil di negeri ini yang menggunakan karburator. Masih ada Jeep keluaran tahun 1948, masih ada Corolla 1962 dan banyak Kijang , Suzuki, Mitsubishi dan sebagainya.

Cara menyetel.
1. Sekrup idle up dikendorkan tetapi AC di hidupkan. Penyetelan berhenti ketika sekrup itu tidak bisa lagi merendahkan RPM mesin.

2. Sekerup RPM mesin di turunkan RPM sampai sekitar 500, atau sampai tidak mati saja.

3. Sekarang mulai dengan menyetel sekrup idle (campuran udara dan bensin). Putar sekrup ini ke kiri sampai nyaris mati. Kemudian kembali ke kanan sampai nyaris mati juga. Setelah itu putar perlahan-lahan mencari RPM tertinggi. Saat itulah kita akan menemukan campuran bensin dan udara terbaik. (bisa terjadi, karena karburator sudah kotor atau lama sehingga tersumbat, atau sekrup ini rusak, maka walaupun sudah di putar, dicari-cari tidak ada reaksi. Kalau menemukan kondisi seperti ini maka perlu melakukan OH karburator)

4. Setelah menemukan campuran terbaik, sekarang setellah sekrup RPM sampai 700, 800 atau 900 sesuai permintaan pembuat mesin.

5. Sekarang baru menyetelah sekrup idle up AC. Hidupkan AC, pasti RPM sudah berkurang, turun dari semula. Sekarang stel sekrup idle up sampai mencapai RPM, biasanya 900 atau 1000.

6. Coba AC dimatikan, apakah sekarang RPM idle ke RPM yang diinginkan?


Pekerjaan selanjutnya dari Tune Up Mesin ialah:

Pemeriksaan Tali Kipas.


Tali kipas berperan sebagai penerus putaran dari Crank Shaft (kruk as) yang menggerakkan pompa air dan altenator. Sedangkan pompa air kita tahu sangat penting, mengingat perannya sebagai pengatur sirkulasi air dari mesin ke radiator dan kemudian didin ginkan oleh kipas angin dan udara luar. Altenator sebagai alat pengisi arus sama sekali tidak dapat bekerja tanpa tali kipas.

Mengingat demikian pentingnya tali kipas maka pemeriksaan berkala untuk mengetahui kondisinya, perlu dilakukan. Gantilah tali kipas baru apabila sisi dalamnya sudah retak-retak atau tampak berbulu pada sisi luarnya.

Tali kipas sudah lama.

Kerjanya yang selalu dalam kondisi tekan dan membawa beban yang berat, maka tali kipas dapat berubah bentuk. Menjadi kecil dan pipih. Hal ini membuat putaran yang dipindahkan dari crank-shaft tidak tersalur 100%. Yang biasanya dikenal dengan istilah, tali kipas slip. Pengaruh buruk yang ditimbulkannya ialah; sirkulasi air tidak normal dan mesin menjadi lebih panas. Putaran altenator menjadi lambat dan pengisian arus tidak normal. Sering terdengar bunyi mendecit yang mengganggu dibagian depan. Bunyi tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan sabun yang ditusuk kan pada sebatang lidi. Kemudian pada saat mesin sedang hidup, sisi tali kipas yang bersinggungan dengan pully diberi sabun tersebut.
Tali kipas kendor.

Menyetel tali kipas, biasanya dengan mengendorkan baut pada altenator. Kencangkan tali kipas dan perhatikan bahwa ia baru lentur setelah ditekan dengan beban 10kg, dan lenturan itu kira-kira 10 mm.

Saringan Udara

Pada Toyota Kijang, saringan udara terletak diatas karburator, namun pada kendaraan lain, letak saringan udara tidak diatas karburator melainkan lewat pipa saluran. Pada karburator ada banyak saluran kecil yang peka terhadap debu. Debu yang masuk akan membuat karburator bekerja tidak dengan optimal, bahkan mungkin saja malah mogok. Selanjutnya, apabila debu itu lolos ke ruang bakar maka akan percepat rusaknya dinding selinder dan ring piston serta bearing (metal) crank-shaft. Filter yang sudah kotor berdebu dan oli sebaiknya diganti dengan yang baru. Kalau tetap menggunakan filter yang rusak akan menyebabkan pemborosan bahan bakar dan mesin tidak bertenaga. Perawatan filter udara yang benar ialah; membersihkan setiap 5000 km dan mengganti dengan yang baru setelah menempuh 40.000 km. Atau dipersingkat bila sehari-hari mobil beroperasi di daerah proyek yang berdebu.

Periksa terminal Baterai.


Battery yang baik tidak selamanya dapat menjamin untuk menghidupkan mesin mobil. Baru dikatakan baik, apabila arus baterai tersalurkan dengan baik ke motor starter. Hambatan-hamba tan itu dapat berupa, kotoran atau kendornya terminal baterai dan baut-baut pengancing kabel-kabel plus atau minus yang kendor.Maka dalam pekerjaan Tune Up Mesin, bagian-bagian ini harus diperiksa. Pastikan semuanya terkancing kuat.

Ukur berat jenis Elektrolit.

Reaksi timah terhadap air accu membuat arus battery dapat ditampung dalam battery. Sedangkan kekuatan menahan/menampung arus battery tergantung pada umur battery. Semakin tua usia battery semakin cepat kehilangan arus. Dengan menggunakan hydrometer kita dapat mengetahui BD dari elektrolit (air accu). BD yang rendah menandakan muatan battery sudah kurang. Periksalah selalu tinggi elektrolit (air accu), kalau kurang cukup ditambah dengan air suling.

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

28 September 2010

ARTIKEL TENTANG SISTEM PENGAPIAN

KOIL INDUKTOR PENGAPIAN

Dalam sebuah koil pengapian terdapat dua buah gulungan pada sebuah inti besi. Satu gulungan yang berada di sisi luar merupakan gulungan primer, dan satu lilitan lagi yang jauh lebih kecil diameternya dan lebih banyak jumlahnya berada pada sisi dalam dan dinamakan lilitan sekunder. Rasio jumlah lilitan primer dan sekunder pada umumnya 1:100.



Koil dirancang untuk dialiri tegangan 12 volt pada gulungan primernya. Saat arus mengalir akan terjadi medan magnet yang kuat (digandakan oleh iti besi) yang juga akan mengelilingi gulungan sekunder. Koil selanjutnya akan menyimpan medan magnet yang besar (flux). Ketika arus yang mengalir pada gulungan primer diputuskan, maka flux atau medan magnet yang berada didalam koil akan kolaps dan mengakibatkan arus "back EMF (electro motive force)" pada gulungan primer dengan tegangan 200-300 volts.

Ketika koil mengalami kolaps, perubahan medan magnetik yang cepat ini juga ditransfer ke gulungan sekunder dalam bentuk arus listrik. Karena gulungan sekunder jumlahnya 100 kali lilitan primer, maka pada saat terjadi back EMF, tegangan pada gulungan sekunder sama dengan 200-300 volt dikalikan dengan 100, yaitu 20.000 – 30.000 volt.


Tegangan tinggi ini tentu saja akan berusaha mencari titik ground atau massa-nya. Bila jarak menuju ke massa terbuka antara 0.5 – 1,5 cm, maka loncatan bunga api menuju ke ground atau massa tersebut. Semakin cepat arus pada gulungan primer diputuskan, kolaps akan terjadi lebih cepat dan bunga api akan menjadi lebih besar dan kuat. Pada sistem pengapian platina konvensional, disaat platina membuka bunga api akan memercik pada elektrona busi menuju ke ground. Namun, back EMF sebesar 200-300 volt pada gulungan primer sendiri juga akan mengakibatkan percikan kecil pada titik on-off-nya, yaitu pada platina itu sendiri. Untuk mengatasi masalah ini digunakan kondensor.

KONDENSOR


Kondensor adalah kapasitor berukuran besar (dunia otomotif menyebutnya dengan istilah kondensor). Kondensor ini menyimpan arus dalam voltase yang lebih kecil. Pada saat platina membuka, muatan kecil ini akan di alirkan ke gulungan sekunder untuk memperlambat kolapsnya. Output koil akan lebih kuat bila kolaps terjadi dengan lebih cepat dan tajam. Kondensor akan memperlambat kolaps ini hanya sampai platina cukup jauh membuka sehingga arus back EMF tidak dapat mencapai jarak tersebut. Tanpa adanya kondensor, maka percikan api akibat back EMF akan merusak platina dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karenanya, kondensor ukurannya tidak boleh terlalu besar karena kolaps akan terlalu lambat dan akibatnya tidak akan ada percikan api di lilitan sekunder, utamanya pada rpm tinggi.

Output koil tidak lebih dari fungsi rasio lilitan dan input voltase. Semakin besar daya yang kita masukkan ke ujung lilitan primernya, semakin besar pula outputnya di lilitan sekunder. Namun platina adalah kontak atau switch mekanik yang memmpunyai batasan arus tertentu agar ia tidak hangus terbakar. Platina pada umumnya hanya mempunyai batasan tegangan 250 volt dan arus 5 ampere. Koil dapat dialiri arus sampai 7 amper dan transistor mampu menghubungkan arus 10 sampai dengan 20 ampere.

DWELL

Sistem pengapian konvensional dipengaruhi oleh dwell angle. Dwell time merupakan waktu di saat platina menutup untuk mengisi arus (charging) koil. Dwell angle atau sudut dwell merupakan nilai derajad sudut putaran poros engkol atau crankshaft disaat platina masih pada posisi tertutup. Jika dwell angle ini terlalu kecil, maka koil tidak cukup waktu untuk pengisiannya di rpm tinggi. Sebaliknya jika dwell angle terlalu besar, maka koil bisa tidak terbuka sama sekali atau platina tidak bisa cukup terbuka dalam jarak yang memungkinkan koil untuk kolaps (secara tidak langsung terkait dengan "voltage rise time") Voltage rise time untuk pengapian konvensional adalah sekitar 80 microseconds, 125 untuk TCI dan sekitar 6 untuk CDI. Sudut dwell membatasi kemampuan platina untuk menyalurkan daya besar pada rpm tinggi. Oleh karenanya tim pembalap mengakalinya dengan menggunakan sistem platina ganda untuk meng-overlap dwell time tersebut.

Kekurangan dari sistem pengapian konvensional adalah :

Platina mengalami keatusan dan korosi mengakibatkan buruknya arus yang mengalir.
Platina membatasi besar arus yang mengalir ke koil.
Sudut dwell dari platina membatasi daya yang besar (membatasi waktu untuk recharge koil)
Platina mulai mengambang dan membatasi rpm.


TRANSISTOR SWITCHING

Trigger Platina

Dengan memindahkan switching platina sebesar 5 ampere ke sebuah semikonduktor (Power Transistor) maka beban platina akan dialihkan hanya untuk memicu atau mentriger sebuah basis dari transistor penerima sinyal sebesar beberapa miliwatt saja. Selain itu semikonduktor mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan platina konvensional, yaitu:

Sangat cepat dan akurat, semakin cepat berarti semakin tinggi voltase yang dihasilkan oleh koil sehingga percikan api di busi akan lebih besar dan biru.
Tahan panas dan getaran
Tidak mengalami keausan karena tidak ada busur api dan gerakan secara mekanis.
Jauh lebih bisa diandalkan ketahannya dan realibilitasnya dibandingkan dengan benda mekanis.
Bisa dipasangkan di posisi mana saja didalam kendaraan (jauh dari jangkauan banjir).
Tidak diperlukan lagi kondensor 12V DC 0,22-0,27 uF yang pada umumnya merupakan komponen fast moving dan sering membuat masalah.
Trigger dengan Magnetic Pickup atau pulser

Kelebihan dari sistem ini adalah tidak adanya kontak fisik dari pemberi sinyal, oleh karenanya tingkat keawetannya juga lebih tinggi.



SALAH ASUMSI TENTANG CDI

Mobil anda ternyata tidak menggunakan CDI?

Jangan terkejut apabila mobil BMW anda masih menggunakan sistem pengapian induksi. Banyak terjadi kesalahan asumsi di masyarakat tentang CDI (Capasitive Discharge Ignition). Sistem pengapian yang tidak menggunakan platina oleh masyarakat umum diistilahkan dengan CDI padahal belum tentu demikian. Selama koil masih dipergunakan dalam fungsinya sebagai induktor, maka sistem pengapian tetap masih sistem induksi, terlepas apakah switching powernya menggunakan switch mekanik seperti platina atau oleh perangkat elektronik/semikonduktor bahkan computerized sekalipun.

Beberapa perusahaan otomotif justru memanfaatkan kesalahahkaprahan ini dalam kampanye produk mereka. Mereka menempelkan logo CDI pada mobil mereka padahal mereka menerapkan sistem pengapian induksi dengan switching transistor (transistorized ignition).

Pada umumnya sistem induksi inilah yang kebanyakan dipergunakan, oleh mobil dengan teknologi injeksi elektronik sekalipun. Untuk mengetahui apakah sistem mobil anda menggunakan CDI atau Induksi koil, silahkan test pada kutup positif dari koil anda disaat kontak pada posisi on. Bila ada arus 12V, maka dipastikan mobil anda menggunakan sistem induksi. Sistem CDI menerapkan tegangan 300-1000 volt pada kutup positif dari koil dan hanya ada disaat mesin hidup dalam bentuk pulse.

Mengapa harus CDI?

Dalam sistem CDI, power disimpan dalam suatu rangkaian kapasitor dan kemudian dilepaskan ke kutup positif dari koil dalam bentuk tegangan tinggi +/- 300-1000 volt DC. Posisi kutup negatif dari koil selalu tersambung dengan ground atau massa. Dengan aliran tegangan 300-1000 volt, maka koil akan berfungsi sebagai trafo step-up. Dengan rasio 1:100, maka tegangan di kutup sekundernya mencapai 30.000-100.000 volt. Dengan tegangan setinggi itu, maka diperlukan kabel busi khusus, busi khusus dan distributor cap & rotor khusus. Tegangan diatas 100.000 volt akan membuat "busi biasa" anda leleh elektrodanya.

Pada sepeda motor dengan sistem magneto, menciptakan tegangan 300 volt DC adalah hal mudah karena tegangan tersebut disuplai oleh generator. Tegangan dalam hal ini tidak lebih dari jumlah lilitan atau gulungan pada generatornya saja. Namun pada mobil dengan sistem power battery, tidaklah mudah mendapatkan 300–1000 volt DC. Diperlukan konverter DC to DC untuk mendapatkan tegangan tersebut. Unit ini tentu saja berfisik besar dan mahal, oleh karenanya hanya mobil-mobil tertentu saja yang menerapkannya. Pada prinsipnya, dengan sistem induksi saja, sudah didapatkan voltase cukup untuk pengapian, mengapa harus pakai CDI yang berlebih seperti itu? Dan lagi sistem CDI sangat berbahaya bila sirkuitnya tersentuh disaat beroperasi. Namun bukankah manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas dengan apa yang didapatkannya? CDI adalah salah satu pilihan untuk pembalap.



UPGRADE KE TRANSISTORIZED IGNITION

Upgrade dari sistem pengapian induksi dengan sistem platina + kondensor konvensional dapat diupgrade ke sistem switching transistor. Platina masih digunakan hanya sebagai pentrigger basis dari salah satu transistor kecil pembangkit sinyal dengan konsumsi arus dalam ukuran seperseratus miliampere. Switching kemudian akan dialihkan ke sebuah transistor power dengan rating absolute 10A/800 volt. Dengan sistem ini platina tidak akan mendapatkan stress dan panas pada titik kontaknya. Selama pegas dan lapisan cam ebonit platina tidak patah, maka platina akan tetap dapat digunakan terus. Switching dengan semikonduktor juga akan berlangsung lebih cepat daripada oleh fisik titik kontak platina, oleh karenanya pada rpm tinggi, tegangan back EMF juga akan lebih tinggi dan pada gilirannya tegangan di gulungan sekunder koil juga akan lebih tinggi.

Jika anda ingin mempergunakan koil tipe kompetisi dengan masih tetap menggunakan sistem induksi, maka koil anda perlu suplai arus yang lebih besar. Platina hanya mampu menyalurkan maksimum 5 amper tanpa harus hangus terbakar. Untuk pilihan ini, anda memerlukan switching semikonduktor dengan rating 25A/1100V.

MOBIL ANDA SUDAH MEMPERGUNAKAN SWITCHING TRANSISTOR?

Meng-upgrade koil dari OEM ke koil kompetisi akan membahayakan sirkuit anda, terutama bila modul pengapian terintegrasi dengan sistem komputer. Dengan menggunakan produk upgrade, sinyal pulse dari ground dari unit pengapian transistor lama anda akan dipinjam sebesar seperseratus miliampere saja untuk menghidupkan unit baru dengan rating yang jauh lebih besar. Tidak ada yang perlu dirubah dari sistem perkabelan mobil anda. Hanya penambahan unit yang tidak membahayakan seperti halnya kita menambahkan relay untuk lampu saja. Bukankah tanpa relay baru kabel anda akan leleh bila anda menaikkan daya lampu lima kali lipat?

UPGRADE KE CDI

Unit module CDI terdiri dari DC to DC converter dengan rating tegangan 300-1.000 Volts dan unit input sensor dan pembangkit pulse 300-1.000 volt DC ke koil kutup positif. Input dari unit ini adalah pulse ground dari platina atau unit modul pengapian induksi anda yang lama. Output dari gulungan sekunder koil akan mencapai 100.000 volt atau lebih. Anda memerlukan koil, busi, kabel busi, dan distributor cap khusus untuk sistem pengapian ini. Let’s go race. Never melting the old stock spark plug!!

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

20 September 2010

Beberapa Hal Penyebab Mobil Susah Di Starter


Memang sebuah hal yang sangat menyebalkan dan membuat pusing kepala ketika tiba-tiba mobil mogok dan susah di starter, padahal sebelumnya lancar-lancar saja saat mesin di starter dan tidak menunjukkan gejala yang aneh pada mobil. Ini sebenarnya bukan sebuah hal yang aneh, karena memang kelistrikan mobil dapat mengalami masalah secara tiba-tiba tanpa sebelumnya disertai dengan tanda-tanda akan mengalami kerusakan. Terlebih jika pemilik mobil tidak rajin merawat kondisi mobil..ya wajar saja bila tiba-tiba mobilnya mogok ditengah jalan.

Jika timbul pertanyaan, 'kenapa tiba-tiba mobil saya bisa sulit di starter ya?..', sebenarnya banyak faktor yang bisa menyebabkan hal itu terjadi, bisa karena faktor kerusakan dari sistem kelistrikan ataupun dari kerusakan komponen mesin yang sifatnya sangat kompleks. Mungkin juga SO mania pernah mengalami hal seperti ini, jadi disini SO akan membantu menjabarkan apa saja yang sebenarnya bisa membuat mobil mengalami hal seperti itu.


Aki (Accu) : sumber utama kelistrikan

Kelistrikan
Untuk yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sistem kelistrikan, dapat terdeteksi jika saat distarter tidak menunjukkan adanya arus listrik tersambung atau mengalir yang bisa terdengar dari bunyi starter dari dinamo, seperti terdengar suara dinamo starter lemah dan mengayun atau bahkan tidak ada respon suara dinamo sama sekali, namun biasanya bila mobil didorong, mesin masih dapat menyala. Akan tetapi perlu diingat juga tidak semua mobil diperbolehkan untuk didorong untuk mengatasi mogok.

Untuk masalah kelistrikan umumnya bisa dilihat atau di cek pada beberapa bagian, yaitu bagian :

Aki (Accu) : Karena merupakan sumber dari kelistrikan pada mobil yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap suplai arus listrik, bagian ini yang harus pertama kali di cek kondisinya jika mobil menunjukkan ada masalah suplai arus listrik. Kalau aki (accu) mobil sudah terlihat kurang cairan dan umur aki sudah lebih dari 2 tahun juga bisa menyebabkan aki tekor dan tidak kuat mengalirkan arus untuk starter mesin mobil. Periksa juga kabel kutub pada aki, jika kotor karena kerak ataupun jamur dan soket kepala aki kendor bisa membuat aliran listrik mobil terganggu.
Kabel Sikring Utama : Tentunya kerusakan bagian ini sangat berkaitan terhadap masalah starter mobil. Cek kondisi kabel sikring utama pada mobil yang terletak dekat accu pada kutub positifnya, jika putus ganti sikring dengan yang baru.
Socket dan Kunci Kontak : Kendornya socket yang menyambungkan kunci kontak bisa menjadi biang keladi mobil tidak bisa menyala, tandanya adalah jika kunci kontak diputar namun tidak terdengar adanya dynamo starter yang bergerak, cek terlebih dahulu socket kunci kontak sebelum melihat kondisi aki. Rusaknya kunci kontak juga bisa menyebabkan mobil tidak bisa di starter.
Dynamo Starter : Bila dynamo starter rusak biasanya saat kunci kontak diputar hanya terdengar bunyi ck..ck. Segera perbaiki atau diganti dengan yang baru. Kerusakan juga bisa terjadi pada gear dinamo starter yang rusak, tandanya jika terdengar suara dinamo berfungsi namun hanya terdengar lepas / los sehingga tidak dapat menghidupkan putaran mesin.
Alternator / Dynamo Ampere : Pengisian alternator yang sudah kurang baik juga dapat menjadi salah satu penyebab mobil jadi susah di starter, karena dapat menyebabkan aki cepat drop atau tekor. Terlebih buat yang banyak memakai aksesoris elektronik / audio yang sangat banyak memakan arus, kelayakan kerja alternator harus diperhatikan, jika memang tidak sesuai lagi segera ganti dengan yang berdaya lebih besar.
Cek Kondisi dan Jalur Kabel-Kabel : Keadaan atau kondisi kabel elektrikal pada mobil yang sudah mengeras memperbesar kemungkinan kabel ataupun serat kabel didalamnya mudah putus sehingga dapat menjadi penyebabnya mobil tidak bisa menyala. Membenahi jalur kabel-kabel pada mobil, terutama untuk mobil lawas yang kelistrikannya sering bermasalah dan sudah lebih dari 10 tahun sangat disarankan. Serahkan pengerjaan pada bengkel yang ahli dalam membenahi perkabelan / urut kabel.

Mesin

Mesin
Sedangkan bila disebabkan oleh kerusakan pada salah satu komponen pada mesin, biasanya ditandai dengan starter dan arus kelistrikan yang sangat baik namun tetap tidak mampu menyalakan mesin, dan biasanya bila mobil didorong tetap saja mesin tidak dapat menyala.

Jika SO mania mengalami masalah susah starter mobil karena ada kerusakan bagian mesin, ini bisa disebabkan adanya kerusakan pada beberapa bagian mesin, yaitu :

Platina : Untuk mobil yang masih menggunakan platina, kerusakan atau setelan platina yang tidak tepat akan menyebabkan mobil susah menyala saat di starter.
Karburator : Jika mobil masih menggunakan karburator untuk menyuplai bensin ke ruang pembakaran, karburator yang kotor dan setingan angin yang tidak tepat akan membuat mobil mesin mobil sulit menyala. Karena ini akan membuat pembakaran tidak berjalan baik.
Pompa Bensin : Tidak berfungsinya pompa bensin sudah pasti akan menyebabkan mobil mogok dan mesin tidak dapat dihidupkan karena aliran bensin ke karburator tidak berjalan.
Busi, Kabel Busi, Koil : Ketiga komponen ini berhubungan dengan pengapian pada mesin, jadi jika salah satu diantaranya mengalami kerusakan maka dapat dipastikan mesin akan sulit dinyalakan atau bahkan sama sekali tidak dapat menyala.
Bushing CDI : Bushing CDI adalah dudukan pulser atau magnet CDI. Kerusakan pada bagian ini juga salah satu penyebab susah starter, karena bila goyang dapat merubah posisi pulser yang berpengaruh pada timing pengapian dan putaran mesin dan memang harus dicek oleh bengkel yang ahli, karena jika tidak maka bisa-bisa salah mendeteksi sehingga yang dibilang rusak adalah CDI-nya itu sendiri.
CDI : CDI yang sudah mulai melemah komponennya pasti akan menyebabkan mobil tidak bisa di starter, karena tugasnya dalam mengatur pengapian dengan putaran mesin dapat terganggu. Faktor usia pemakaian juga bisa menjadi penyebab rusaknya CDI.
Sebenarnya diluar dari yang disebutkan dalam artikel ini, masih banyak faktor lainnya yang menyebabkan mobil mogok dan susah untuk di starter kembali. Untuk meminimalkan resiko mobil mogok sebenarnya bisa dilakukan dengan rajin melakukan perawatan berkala / tune up secara menyeluruh ke bengkel resmi dan memiliki kredibilitas baik.

(Berbagai Sumber)

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

Jumlah dan Nama - Nama Istri Nabi Muhammad SAW !

Jumlah istri Rasulullah yang lebih dari 1 membawa hikmah yang sangat mendalam di masa kini yaitu semakin banyaknya sumber-sumber ajaran Islam terutama yang berkaitan dengan fiqih wanita, karena memang dari sanalah umumnya pelajaran Rasulullah SAW tentang wanita itu berasal. Seandainya Rasulullah SAW hanya beristrikan satu orang saja, maka kajian fiqih wanita sekarang ini akan menjadi sangat sempit karena sumbernya terbatas hanya dari satu orang. Dengan beristri sampai 11 orang, maka sumber itu menjadi cukup banyak. Maka purnalah Islam sebagai agama yang syamil mutakamil.

Berikut adalah nama nama dan alasan alasan beliau memperistri :


1. Khodijah binti Khuwailid RA,ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.

2. Saudah binti Zam?ah RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.

3. Aisyah binti Abu Bakar RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun dan tinggal serumah di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9 tahun. Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah.

Dengan menikahi Aisyah, maka hubungan beliau dengan Abu Bakar menjadi sangat kuat dan mereka memiliki ikatan emosional yang khusus. Posisi Abu Bakar sendiri sangat pending dalam dakwah Rasulullah SAW baik selama beliau masih hidup dan setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah Rasulullah yang pertama yang di bawahnya semua bentuk perpecahan menjadi sirna.

Selain itu Aisyah ra adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.

4. Hafsoh binti Umar bin Al-Khotob RA, beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khotob.

Dengan menikahi hafshah putri Umar, maka hubungan emosional antara Rasulullah SAW dengan Umar menjadi sedemikian akrab, kuat dan tak tergoyahkan. Tidak heran karena Umar memiliki pernanan sangant penting dalam dakwah baik ketika fajar Islam baru mulai merekah maupun saat perluasan Islam ke tiga peradaban besar dunia. Di tangan Umar, Islam berhasil membuktikan hampir semua kabar gembira di masa Rasulullah SAW bahwa Islam akan mengalahkan semua agama di dunia.

5. Zainab binti Khuzaimah RA, dari Bani Hilal bin Amir bin Sho?sho?ah dan dikenal sebagai Ummul Masakin karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .

6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA, sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahun yang sama.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut.

7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA, dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo?dah tahun kelima dari Hijrah.

Pernikahan tersebut adalah atas perintah Alloh SWT untuk menghapus kebiasaan Jahiliyah dalam hal pengangkatan anak dan juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut.

8. Juwairiyah binti Al-Harits RA, pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza?ah. Ia merupakan tawanan perang yang sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya?ban tahun ke 6 Hijrah.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan meraih simpati dari kabilhnya (karena ia adalah anak pemimpin kabilah tersebut) dan membebaskan tawanan perang.

9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA, sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashroni dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah.

Sehingga alasan yang paling kuat adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang lebih baik baginya. Serta penghargaan kepada mereka yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah.

10. Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA, dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khoibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khoibar tahun 7 Hijriyyah.

Pernakahan tersebut bertujuan untuk menjaga kedudukan beliau sebagai anak dari pemuka kabilah.

11. Maimunah binti Al- Harits RA , saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7 Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.

Dari kesemua wanita yang dinikahi Rasulullah SAW, tak satupun dari mereka yang melahirkan anak hasil perkawinan mereka dengan Rasulullah SAW, kecuali Khadijatul Kubra seperti yang disebutkan di atas. Namun Rasulullah SAW pernah memiliki anak laki-laki selain dari Khadijah yaitu dari seorang budak wanita yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang merupakan hadiah dari Muqauqis pembesar Mesir. Anak itu bernama Ibrahim namun meninggal saat masih kecil pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

Demikianlah sekelumit data singkat para istri Rasulullah SAW yang mulia, dimana secara khusus Rasulullah SAW diizinkan mengawini mereka dan julah mereka lebih dari 4 orang, batas maksimal poligami dalam Islam.

Dari kesemuanya itu, umumnya Rasulullah SAW menikahi mereka karena pertimbangan kemanusiaan dan kelancaran urusan dakwah.
Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

Jumlah dan Nama - Nama Istri Nabi Muhammad SAW !

Jumlah istri Rasulullah yang lebih dari 1 membawa hikmah yang sangat mendalam di masa kini yaitu semakin banyaknya sumber-sumber ajaran Islam terutama yang berkaitan dengan fiqih wanita, karena memang dari sanalah umumnya pelajaran Rasulullah SAW tentang wanita itu berasal. Seandainya Rasulullah SAW hanya beristrikan satu orang saja, maka kajian fiqih wanita sekarang ini akan menjadi sangat sempit karena sumbernya terbatas hanya dari satu orang. Dengan beristri sampai 11 orang, maka sumber itu menjadi cukup banyak. Maka purnalah Islam sebagai agama yang syamil mutakamil.

Berikut adalah nama nama dan alasan alasan beliau memperistri :

1. Khodijah binti Khuwailid RA,ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.

2. Saudah binti Zam?ah RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.

3. Aisyah binti Abu Bakar RA, dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun dan tinggal serumah di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9 tahun. Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah.

Dengan menikahi Aisyah, maka hubungan beliau dengan Abu Bakar menjadi sangat kuat dan mereka memiliki ikatan emosional yang khusus. Posisi Abu Bakar sendiri sangat pending dalam dakwah Rasulullah SAW baik selama beliau masih hidup dan setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah Rasulullah yang pertama yang di bawahnya semua bentuk perpecahan menjadi sirna.

Selain itu Aisyah ra adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.

4. Hafsoh binti Umar bin Al-Khotob RA, beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khotob.

Dengan menikahi hafshah putri Umar, maka hubungan emosional antara Rasulullah SAW dengan Umar menjadi sedemikian akrab, kuat dan tak tergoyahkan. Tidak heran karena Umar memiliki pernanan sangant penting dalam dakwah baik ketika fajar Islam baru mulai merekah maupun saat perluasan Islam ke tiga peradaban besar dunia. Di tangan Umar, Islam berhasil membuktikan hampir semua kabar gembira di masa Rasulullah SAW bahwa Islam akan mengalahkan semua agama di dunia.

5. Zainab binti Khuzaimah RA, dari Bani Hilal bin Amir bin Sho?sho?ah dan dikenal sebagai Ummul Masakin karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .

6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA, sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahun yang sama.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut.

7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA, dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo?dah tahun kelima dari Hijrah.

Pernikahan tersebut adalah atas perintah Alloh SWT untuk menghapus kebiasaan Jahiliyah dalam hal pengangkatan anak dan juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut.

8. Juwairiyah binti Al-Harits RA, pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza?ah. Ia merupakan tawanan perang yang sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya?ban tahun ke 6 Hijrah.

Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan meraih simpati dari kabilhnya (karena ia adalah anak pemimpin kabilah tersebut) dan membebaskan tawanan perang.

9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA, sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashroni dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah.

Sehingga alasan yang paling kuat adalah untuk menghibur beliau dan memberikan sosok pengganti yang lebih baik baginya. Serta penghargaan kepada mereka yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah.

10. Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA, dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khoibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khoibar tahun 7 Hijriyyah.

Pernakahan tersebut bertujuan untuk menjaga kedudukan beliau sebagai anak dari pemuka kabilah.

11. Maimunah binti Al- Harits RA , saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7 Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.

Dari kesemua wanita yang dinikahi Rasulullah SAW, tak satupun dari mereka yang melahirkan anak hasil perkawinan mereka dengan Rasulullah SAW, kecuali Khadijatul Kubra seperti yang disebutkan di atas. Namun Rasulullah SAW pernah memiliki anak laki-laki selain dari Khadijah yaitu dari seorang budak wanita yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang merupakan hadiah dari Muqauqis pembesar Mesir. Anak itu bernama Ibrahim namun meninggal saat masih kecil.

Demikianlah sekelumit data singkat para istri Rasulullah SAW yang mulia, dimana secara khusus Rasulullah SAW diizinkan mengawini mereka dan julah mereka lebih dari 4 orang, batas maksimal poligami dalam Islam.

Dari kesemuanya itu, umumnya Rasulullah SAW menikahi mereka karena pertimbangan kemanusiaan dan kelancaran urusan dakwah.

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

Silsilah 25 Nabi Dan Rasul
Silsilah 25 Nabi dan Rasul

Telah disebut dalam sunah Nabi saw, bahwa bilangan para Rasul yang diutus oleh Allah ada 124000 Rasul, adapun yang disebut dalam al Quran hanya 25 sesuai dengan firman Allah “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu” al-Ghafir, 78. Karena sedikitnya bilangan mereka yang diketahui dan banyak diantara kita yang tidak mengetahui silsilah mereka, maka terlampir di bawah ini silsilah 25 Nabi dan Rasul yang diutus Allah. Semoga bermangfaat. Hasan Husen Assagaf



Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

25 Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui - Agama Islam

Dalam agama islam terdapat 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dengan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat spanjang masa, yaitu :

1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.

Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

31 August 2010

Siapa yang menciptakan allah?


“Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi syetan, lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia mejawab : “Allah”. Syetan berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?”. Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada Allah dan RasulNya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya”


Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/258): “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ismail dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Adh-Dhahak, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (kemudian dia menyebutkan hadits itu).

Saya menilai : Hadits ini sanadnya hasan, sesuai dengan syarat Muslim. Semua perawi hadits ini adalah para perawi Muslim yang beliau jadikan pegangan dalam Shahih-nya. Tetapi Adh-Dhahak adalah Ibnu Utsman Al-Asadi Al-Huzami, dimana sebagian imam masih memperbincangkan mengenai hafalannya. Namun insya Allah hal itu tidak menurunkan haditsnya dari tingkat hasan. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri dan Laits bin Salim, menurut Ibnus Sunni (201) sungguh telah mengikuti periwayatannya. Jadi hadits ini dapat dinilai shahih. Sementara itu Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/266) menjelaskan.

“Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus, kemudian Abu Ya’la dan Al-Bazzar. Lalu Ath-Thabrani juga meriwayatkannya dalam Al-Kabir dan Al-Usath dari hadits Abdullah bin Amer. Bahkan Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari hadits Khuzaimah bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu”

Jadi adanya beberapa syahid (hadits pendukung) ini dengan sendirinya menaikkan tingkat hadits tersebut kepada derajat yang sangat shahih.

Hadits Ibnu Khuzaimah menurut Imam Ahmad (5/214) para perawinya adalah tsiqah, kecuali jika di antara mereka ada Ibnu Luhai’ah, sebab ia buruk hafalannya.

Mengenai hadits Ibnu Amer ini, Al-Haitsami (341) berkomentar : Para perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Ahmad bin Nafi’ Ath-Thihan, guru Ath-Thabrani”.

Demikian dia menandaskan namun tidak menyebutkan sedikitpun mengenai keadaan Ahmad bin Nafi Ath-Thihan tersebut, begitu tidak simpatiknya Al-Haitsami kepadanya. Demikian pula saya, sama sekali tidak mengenalnya kecuali bahwa dia orang Mesir, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam Ath-Thabrani Ash-Shaghir (hal. 10)

Kemudian sesungguhnya hadits itu juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah yang didapat dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’ sebagaimana adanya (tidak ada perubahan apapun).

Hadits ini dikeluarkan pula oleh Imam Muslim (1/84) dan Ahmad (2/331) dari berbagai jalan dari Hisyam, tanpa kalimat, “sesungguhnya godaan itu akan hilang daripadanya”.

Selanjutnya hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Dawud (4121) yang kalimatnya sampai pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya iman kepada Allah”. Dan ini merupakan riwayat Muslim.

“Artinya : Syetan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata : “Siapakah yang menciptakan demikian ? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya : “Siapakah yang menciptakan Tuhanmu?” Apabila ia sampai demikian, maka hendaknya memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya”

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu Sunni.

Hadits ini juga mempunyai jalur lain yang besumber dari Abu Hurairah dengan lafazh.

“Artinya : Hampir orang-orang saling bertanya di antara mereka sehingga seorang di antara mereka berkata : “Ini Allah, menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan demikian, maka katakanlah : “Allah Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Kemudian hendaklah salah seorang kamu mengusir (isyarat meludah) ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan dari syetan.

Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud (4732) dan Ibnu Sunni (621) dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Utbah bin Muslim, seorang budak yang dimerdekakan Bani Tamim, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah yang menuturkan : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kemudian ia menuturkan hadits itu)”.

Saya menilai : Hadits ini shahih sanadnya. Para perawinya tsiqah. Bahkan Ibnu Ishaq juga menjelaskan berita itu. Hingga dengan demikian amanlah hadits ini dari cela.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah yang mendengar dari bapaknya, sampai perkataan : “Siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Umar bin Salamah melanjutkan : “Abu Hurairah menceritakan : “Demi Allah, sesungguhnya, pada suatu hari aku duduk, tiba-tiba seseorang dari penduduk Iraq berkata kepadaku “ Ini Allah, pencipta kita. Lalu siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Abu Hurairah melanjutkan ceritanya : “Kemudian aku tutupkan jariku pada telingaku lalu aku menjerit seraya berkata : “Maha benar Allah dan RasulNya”.

“Artinya : Allah Esa, tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”

Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (2/387). Para perawinya tsiqah kecuali Umar. Ia adalah lemah (dha’if).

Menurut Imam Ahmad (Juz II, hal. 539) hadits ini juga mempunyai jalur lain dari Ja’far dia memberitakan : “Telah bercerita kepadaku Yazid bin Al-Asham, dari Abu Hurairah secara marfu’, seperti hadits sebelumnya. Yazid mengisahkan : “Telah bercerita kepadaku Najmah bin Shabigh As-Salami, bahwa dia melihat para penunggang datang kepada Abu Hurairah. Kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai hal itu. Lalu Abu Hurairah berkata : “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Tidaklah kekasihku bercerita kepadaku tentang sesuatu melainkan aku telah melihatnya dan aku menunggunya. “Ja’far berkata : “Telah sampai kepadaku bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Manakala orang-orang bertanya kepadamu tentang hal ini, maka katakanlah : “Allah adalah sebelum tiap-tiap sesuatu. Allah menciptakan tiap-tiap sesuatu dan Allah ada setelah tiap-tiap sesuatu”

Sanad marfu’nya adalah shahih adapun yang disampaikan oleh Ja’far alias Ibnu Burqan adalah mu’dhal (hadits yang perawi-perawinya banyak yang gugur), dan apa yang ada di antara shahih dan mu’dhal adalah mauquf. Tetapi Najmah disini tidak saya kenal. Demikian pula dalam Al-Musnad, Najmah ditulis dengan “mim” (Majmah) sedangkan dalam Al-Jarh wat Ta’dil (4/1/509), tertulis Najbah dengan “ba”. Selanjutnya Imam Ahmad menjelaskan.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Yazid Ibnul Asham juga meriwayatkan darinya, dan mengatakan : “Saya mendengar bapakku berkata demikian dan tidak menambahkan!” Juga Al-Hafidzh dalam At-Ta’jil, tidak menambahkannya dan itu sesuai dengan syarat yang dibuatnya.

HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM HADITS

Hadits-hadits shahih ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang digoda oleh syetan dengan bisikannya, “Siapakah yang menciptakan Allah?”, dia harus menghindari perdebatan dalam menjawabnya, dengan mengatakan apa yang telah ada dalam hadits-hadits tersebut.

Lebih amannya ialah dia mengatakan :

“Saya beriman kepada Allah dan RasulNya. Allah Esa, Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. Kemudian hendaklah dia berisyarat meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan, serta menepis keragu-raguan itu”.

Saya berpendapat : Orang yang melakukan demikian semata-mata karena taat kepada Allah dan RasulNya serta ikhlas. Maka keraguan dan godaan itu akan hilang darinya dan menauhlah setannya, mengingat sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya godaan itu akan hilang darinya”.

Pelajaran dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini jelas lebih bermanfaat dan lebih dapat mengusir keraguan daripada terlibat dalam perdebatan logika yang sengit diseputar persoalan ini. Sesungguhnya perdebatan dalam soal ini amatlah sedikit gunanya atau boleh jadi tidak ada gunanya sama sekali. Tetapi sayang, kebanyakan orang tidak menghiraukan pelajaran yang amat bagus ini. Oleh karena itu ingatlah wahai kaum muslimin dan kenalilah sunnah Nabimu serta amalkanlah. Sesungguhnya dalam sunnah itu terdapat obat dan kemulianmu.

[Disalain dari buku Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi Indonesia Silsilah Hadits Shahih dan Sekelumit Kandungan Hukumnya oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka Mantiq, hal 368-372 penerjemah Drs.HM.Qodirun Nur]
==============================================
Pertanyaan siapakah yg menciptakan ALLAH ?
Jika pertanyaan itu disampaikan oleh seorang muslim kpd muslim yg lain, atau
pertanyaan itu muncul sekonyong-konyong terlintas pikiran seorang, maka sangat mungkin bahwa pikiran terlintas itu adalah BISIKAN SETAN.
maka harus menjawabnya sesuai telah yg diajarkan oleh Muhammad SAW bagi seorang muslim, yakni sesuai hadits di bawah ini.
Karena bagi seorang muslim,sesungguhnya dia sudah tahu pasti bahwa ALLAH itu Al-Awal (maha-pertama yg tidak diciptakan), As-Shomad (tidak bergantung, tidak berhajat kpd apapun, segala makhluk berhajat kpd DIA).
Hadits pertama diriwayatkan oleh Imam Ahmad dlm kitab 6/258:

“Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan (dibisiki setan)

lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab : “ALLAH”.

Setan (membisiki dan) berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan ALLAH?”.



Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada ALLAH dan rasulNya), maka (godaan) yg demikian itu akan segera hilang darinya” Hadits kedua HR.Muslim - No. 193 :


Dan telah menceritakan kepadaku Abdullah bin ar-Rumi telah menceritakan kepada
kami an-Nadlar bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Ikrimah -yaitu Ibnu
Ammar- telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW berkata kepadaku,
"Wahai Abu Hurairah, mereka akan senantiasa bertanya kepadamu hingga mereka berkata, 'Ini (ciptaan) Allah, lalu siapa yang menciptakan Allah'."

Abu Hurairah berkata, "Ketika aku berada di masjid, tiba-tiba orang-orang dari kaum Baduwi mendantangiku seraya bertanya, 'Wahai Abu Hurairah, ini (ciptaan) Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah'.
Perawi berkata, 'Kemudian Abu Hurairah mengambil kerikil dengan telapan tangannya, lalu melempar mereka
sambil berkata, 'Berdirilah, berdirilah, sungguh benar (perkataan) kekasihku (yakni Muhammad SAW)'"
===========================================

Adapun jika yg bertanya adalah non-muslim, dan merasa puas dgn jawaban di atas, maka sangat baik bagi dia,
artinya benih-benih keimanan kpd agama yg hanif ada dlm dirinya.
Karena jawaban itu adalah jawaban universal milik semua nabi.
Semua nabi mendapat perintah yg sama dari ALLAH untuk mengajarkan kpd umatnya utk tidak banyak menanyakan yg macam-macam ttg hakekat ALLAH,
cukup memikirkan ttg ciptaanNYA dan apa-apa yg ada dalam diri mereka,maka timbul rasa takjub yang bisa memperkuat keimanan mrk.
Sebagaimana jawaban Musa kpd umatnya ketika mereka berkata "kami tidak akan beriman kpd ALLAH, sebelum melihatNYA dgn mata kepala sendiri", maka Musa menyuruh mrk merenungi/ men-tafakur-i ttg ciptaanNYA, jangan memikirkan hakekat ALLAH itu.
Coba anda renungkan dgn sungguh-sungguh.
Jangan-kan utk bisa mencapai ttg hakekat ALLAH,………….
Kepada hal yang lain saja yg jauh lebih sepele, bahkan ada di dalam diri mrk, ternyata kita semua TIDAK MAMPU MENGETAHUINYA, padahal semua orang berhajat ttg itu, yakni urusan ROH/NYAWA.
Bagaimana mungkin manusia bisa mencapai /mengetahui hakekat ALLAH,
melihat nyawa saja tidak bisa. Maha suci Tuhan atas segala keputusanNYA.
Maka cukup-lah berpikir ttg ciptaan ALLAH dan jangan memikirkan ttg hakikat ALLAH.
Adapun jawaban pertanyaan 'siapa yg menciptakan ALLAH' berdasarkan pendekatan Fikih / Pemahaman, hanyalah sebagai tambahan saja,
penjelasan semacam ini TIDAK DIAJARKAN KATA DEMI KATA OLEH NABI, melainkan disusun oleh manusia biasa, yg diperoleh dari pemahaman dia terhadap nash, sehingga bisa memuaskan, bisa juga tidak.
Seperti penjelasan seorang ulama, yang saya sadur di bawah ini…
=======================================
Bahwasanya Al Khaliq menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada, maka segala yg DIA ciptakan adalah makhluk.
Al Khaliq itu wajib adanya (wajibul wujud), karena kalau DIA tidak ada, maka DIA tidak mencipta, dia bukan Al Khaliq.
DIA bukan-lah makhluk, karena sifatnya sebagai Maha-pencipta memastikan bahwa DIA bukan-lah makhluk.
Al Khaliq adalah tidak terbatas, maha berkuasa atas segala sesuatu, atas segala urusan, adapun semua makhluk (manusia, alam semesta, dan kehidupan) adalah bersifat lemah, terbatas dan penuh ketergantungan kpd yang lain.
Contoh oknum manusia yg sombong yang merasa gagah, padahal sejatinya dia sangat lemah, satu menit saja, otaknya tidak merima oxygen, maka dia menjadi linglung, sejumlah besar memory-nya terhapus, atau mungin lebih fatal lagi.
Tentang Maha-pencipta itu, manusia berfikir / berasumsi ada tiga kemungkinan.
Kemungkinan ke-1 : DIA diciptakan oleh yang lain.
Kemungkinan ke-2 : DIA menciptakan diriNYA sendiri.
Kemungkinan ke-3 : DIA bersifat azali (tidak ber-awal dan tidak ber-akhir), berarti DIA tidak diciptakan, juga DIA bersifat wajibul wujud (wajib adanya).

Kemungkinan ke-1 adalah kemungkinan yg BATHIL, tidak bisa diterima dgn akal,
jika memang DIA diciptakan oleh yg lain, maka DIA bersifat lemah dan terbatas.
Kemungkinan ke-2 yg meng-asumsi-kan bahwa DIA menciptakan dirinya sendiri adalah kemungkinan yg BATHIL juga,
berarti Dia sebagai pencipta dan sebagai makhluk pada saat yg bersamaan. Ini juga tidak bisa diterima akal.
Hanya kemungkinan ke-3 yang BENAR, bahwa dia adalah bersifat azali dan wajibul wujud,
tidak diciptakan oleh apapun, tidak diciptakan oleh siapapun, Dia-lah ALLAH yang maha-agung.
Demikianlah penjelasan yg bersumber dari Fikih / pemahaman.
Tentu saja,
penjelasan yg terbaik adalah penjelasan para nabi, Noah, Abraham, Moses, Yesus termasuk penjelasan dari Muhammad SAW.
Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan (dibisiki setan),

lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia menjawab : “ALLAH”.

Setan (membisiki dan) berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan ALLAH?”.

Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih”

(aku beriman kepada ALLAH dan rasulNya), maka (godaan) yg demikian itu akan segera hilang darinya”

Hadits kedua HR.Muslim - No. 193 :

Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya

30 August 2010

Penjelasan Rinci Sujud Tilawah

OLEH MUHAMMAD ABDUH TUASIKAL
KAMIS, 21 JANUARI 2010 07:39
Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim.

Keutamaan Sujud Tilawah

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ – وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى – أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ

“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)

Begitu juga keutamaan sujud tilawah dijelaskan dalam hadits yang membicarakan keutamaan sujud secara umum.

Dalam hadits tentang ru’yatullah (melihat Allah) terdapat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرْحَمَهُ مِمَّنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَيَعْرِفُونَهُمْ فِى النَّارِ يَعْرِفُونَهُمْ بِأَثَرِ السُّجُودِ تَأْكُلُ النَّارُ مِنِ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُودِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ.

“Hingga Allah pun menyelesaikan ketentuan di antara hamba-hamba-Nya, lalu Dia menghendaki dengan rahmat-Nya yaitu siapa saja yang dikehendaki untuk keluar dari neraka. Dia pun memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. Termasuk di antara mereka yang Allah kehendaki adalah orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’. Para malaikat tersebut mengenal orang-orang tadi yang berada di neraka melalui bekas sujud mereka. Api akan melahap bagian tubuh anak Adam kecuali bekas sujudnya. Allah mengharamkan bagi neraka untuk melahap bekas sujud tersebut.” (HR. Bukhari no. 7437 dan Muslim no. 182)

Dalam shahih Muslim, An Nawawi menyebutkan sebuah Bab “Keutamaan sujud dan dorongan untuk melakukannya”.

Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia ditanyakan oleh Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai di sisi Allah. Tsauban pun terdiam, hingga Ma’dan bertanya sampai ketiga kalinya. Kemudian Tsauban berkata bahwa dia pernah menanyakan hal ini pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Perbanyaklah sujud kepada Allah. Sesungguhnya jika engkau bersujud sekali saja kepada Allah, dengan itu Allah akan mengangkat satu derajatmu dan juga menghapuskan satu kesalahanmu”.

Ma’dan berkata, “Kemudian aku bertemu Abud Darda, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Abud Darda’ pun menjawab semisal jawaban Tsauban kepadaku.” (HR. Muslim no.488)

Juga hadits lainnya yang menceritakan keutamaan sujud yaitu hadits Robi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy. Dia menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai amalan yang bisa membuatnya dekat dengan beliau di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sujud Tilawah Wajib Ataukah Sunnah?

Para ulama sepakat (beijma’) bahwa sujud tilawah adalah amalan yang disyari’atkan. Di antara dalilnya adalah hadits Ibnu ‘Umar:

كَانَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَيَقْرَأُ سُورَةً فِيهَا سَجْدَةٌ فَيَسْجُدُ وَنَسْجُدُ مَعَهُ حَتَّى مَا يَجِدُ بَعْضُنَا مَوْضِعًا لِمَكَانِ جَبْهَتِهِ

“Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian para ulama berselisih pendapat apakah sujud tilawah wajib ataukah sunnah.

Menurut Ats Tsauri, Abu Hanifah, salah satu pendapat Imam Ahmad, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sujud tilawah itu wajib.

Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama yaitu Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i, Al Laitsi, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Daud dan Ibnu Hazm, juga pendapat sahabat Umar bin Al Khattab, Salman, Ibnu ‘Abbas, ‘Imron bin Hushain, mereka berpendapat bahwa sujud tilawah itu sunnah dan bukan wajib.

Dalil ulama yang menyatakan sujud tilawah adalah wajib, yaitu firman Allah Ta’ala,

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ

“Mengapa mereka tidak mau beriman? dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.” (QS. Al Insyiqaq: 20-21).

Para ulama yang mewajibkan sujud tilawah beralasan, dalam ayat ini terdapat perintah dan hukum asal perintah adalah wajib. Dan dalam ayat tersebut juga terdapat celaan bagi orang yang meninggalkan sujud. Namanya celaan tidaklah diberikan kecuali pada orang yang meninggalkan sesuatu yang wajib.

Yang lebih tepat adalah sujud tilawah tidaklah wajib, namun sunnah (dianjurkan). Dalil yang memalingkan dari perintah wajib adalah hadits muttafaqun ‘alaih (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata,

قَرَأْتُ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ( وَالنَّجْمِ ) فَلَمْ يَسْجُدْ فِيهَا

“Aku pernah membacakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam surat An Najm, (tatkala bertemu pada ayat sajadah dalam surat tersebut) beliau tidak bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bukhari membawakan riwayat ini pada Bab “Siapa yang membaca ayat sajadah, namun tidak bersujud.”

Dalil lain yang memalingkan dari perintah wajib adalah perbuatan Umar bin Khattab dan perbuatan beliau ini tidak diingkari oleh para sahabat lainnya ketika khutbah Jum’at.
Pada hari Jum’at Umar bin Khattab pernah membacakan surat An Nahl hingga sampai pada ayat sajadah, beliau turun untuk sujud dan manusia pun ikut sujud ketika itu. Ketika datang Jum’at berikutnya, beliau pun membaca surat yang sama, tatkala sampai pada ayat sajadah, beliau lantas berkata,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ
“Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak bersujud, dia tidak berdosa.” Kemudian ‘Umar pun tidak bersujud. (HR. Bukhari no. 1077)

Dari sinilah Ibnu Qudamah mengatakan bahwa hukum sujud tilawah itu sunnah (tidak wajib) dan pendapat ini merupakan ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat). (Lihat Al Mughni, 3/96)

Tata Cara Sujud Tilawah

[Pertama]
Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan sekali sujud.

[Kedua]
Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat.

[Ketiga]
Tidak disyari’atkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat- untuk takbiratul ihram dan juga tidak disyari’atkan untuk salam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَسُجُودُ الْقُرْآنِ لَا يُشْرَعُ فِيهِ تَحْرِيمٌ وَلَا تَحْلِيلٌ : هَذَا هُوَ السُّنَّةُ الْمَعْرُوفَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ عَامَّةُ السَّلَفِ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ عَنْ الْأَئِمَّةِ الْمَشْهُورِينَ

“Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyari’atkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’ruf dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/165)

[Keempat]
Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Wa-il bin Hujr, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir. Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit dari sujud.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, Ath Thoyalisiy. Hasan)

[Kelima]
Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika sujud tilawah ingin dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama belakangan dari Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, dan juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dalil mereka adalah:
إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّداً
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.” (QS. Al Isro’: 107). Kata mereka, yang namanya yakhirru (menyungkur) adalah dari keadaan berdiri.
Namun, jika seseorang melakukan sujud tilawah dari keadaan duduk, maka ini tidaklah mengapa. Bahkan Imam Syafi’i dan murid-muridnya mengatakan bahwa tidak ada dalil yang mensyaratkan bahwa sujud tilawah harus dimulai dari berdiri. Mereka mengatakan pula bahwa lebih baik meninggalkannya. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/449)

Apakah Disyariatkan Sujud Tilawah (Dil Luar Shalat) Dalam Keadaan Suci (Berwudhu)?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam sujud tilawah disyari’atkan untuk berwudhu sebagaimana shalat. Oleh karena itu, para ulama mensyariatkan untuk bersuci (thoharoh) dan menghadap kiblat dalam sujud sahwi sebagaimana berlaku syarat-syarat shalat lainnya.

Namun, ulama lain yaitu Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tidak disyari’atkan untuk thoharoh karena sujud tilawah bukanlah shalat. Namun sujud tilawah adalah ibadah yang berdiri sendiri. Dan diketahui bahwa jenis ibadah tidaklah disyari’atkan thoharoh. Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu ‘Umar, Asy Sya’bi dan Al Bukhari. Pendapat kedua inilah yang lebih tepat.

Dalil dari pendapat kedua di atas adalah hadits dari Ibnu ‘Abbas. Beliau radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ سَجَدَ بِالنَّجْمِ وَسَجَدَ مَعَهُ المُسْلِمُوْنَ وَالمُشْرِكُوْنَ وَالجِنُّ وَالأِنْسُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan sujud tilawah tatkala membaca surat An Najm, lalu kaum muslimin, orang-orang musyrik, jin dan manusia pun ikut sujud.” (HR. Bukhari)

Al Bukhari membawa riwayat di atas pada Bab “Kaum muslimin bersujud bersama orang-orang musyrik, padahal kaum musyrik itu najis dan tidak memiliki wudhu.” Jadi, menurut pendapat Bukhari berdasarkan riwayat di atas, sujud tilawah tidaklah ada syarat berwudhu. Dalam bab tersebut, Al Bukhari juga membawakan riwayat bahwa Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berwudhu dalam keadaan tidak berwudhu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَسُجُودُ الْقُرْآنِ لَا يُشْرَعُ فِيهِ تَحْرِيمٌ وَلَا تَحْلِيلٌ : هَذَا هُوَ السُّنَّةُ الْمَعْرُوفَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ عَامَّةُ السَّلَفِ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ عَنْ الْأَئِمَّةِ الْمَشْهُورِينَ . وَعَلَى هَذَا فَلَيْسَتْ صَلَاةً فَلَا تُشْتَرَطُ لَهَا شُرُوطُ الصَّلَاةِ بَلْ تَجُوزُ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ . كَمَا كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَسْجُدُ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ ؛ لَكِنْ هِيَ بِشُرُوطِ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُخِلَّ بِذَلِكَ إلَّا لِعُذْرِ

“Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyari’atkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’ruf dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur. Oleh karena itu, sujud tilawah tidaklah seperti shalat yang memiliki syarat yaitu disyariatkan untuk bersuci terlebih dahulu. Jadi, sujud tilawah diperbolehkan meski tanpa thoharoh (bersuci). Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Ibnu ‘Umar. Beliau pernah bersujud, namun tanpa thoharoh. Akan tetapi apabila seseorang memenuhi persyaratan sebagaimana shalat, maka itu lebih utama. Jangan sampai seseorang meninggalkan bersuci ketika sujud, kecuali ada udzur.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/165)

Asy Syaukani mengatakan,

لَيْسَ فِي أَحَادِيثِ سُجُودِ التِّلَاوَةِ مَا يَدُلُّ عَلَى اعْتِبَارِ أَنْ يَكُونَ السَّاجِدُ مُتَوَضِّئًا وَقَدْ كَانَ يَسْجُدُ مَعَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَضَرَ تِلَاوَتَهُ ، وَلَمْ يُنْقَلْ أَنَّهُ أَمَرَ أَحَدًا مِنْهُمْ بِالْوُضُوءِ ، وَيَبْعُد أَنْ يَكُونُوا جَمِيعًا مُتَوَضِّئِينَ .
وَأَيْضًا قَدْ كَانَ يَسْجُدُ مَعَهُ الْمُشْرِكُونَ كَمَا تَقَدَّمَ وَهُمْ أَنْجَاسٌ لَا يَصِحُّ وُضُوؤُهُمْ .
وَقَدْ رَوَى الْبُخَارِيُّ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَسْجُدُ عَلَى غَيْرِ وُضُوءٍ .

“Tidak ada satu hadits pun tentang sujud tilawah yang menjelaskan bahwa orang yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersujud dan di situ ada orang-orang yang mendengar bacaan beliau, namun tidak ada penjelasan kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan salah satu dari yang mendengar tadi untuk berwudhu. Boleh jadi semua yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu dan boleh jadi yang melakukan sujud bersama orang musyrik sebagaimana diterangkan dalam hadits yang telah lewat. Padahal orang musyrik adalah orang yang paling najis, yang pasti tidak dalam keadaan berwudhu. Al Bukhari sendiri meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa dia bersujud dalam keadaan tidak berwudhu. ” (Nailul Author, 4/466, Asy Syamilah)

Apakah Sujud Tilawah Mesti Menghadap Kiblat?

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,

وَأَمَّا سَتْرُ الْعَوْرَةِ وَالِاسْتِقْبَالِ مَعَ الْإِمْكَانِ فَقِيلَ : إنَّهُ مُعْتَبَرٌ اتِّفَاقًا .

“Adapun menutup aurat dan menghadap kiblat, maka ada ulama yang mengatakan bahwa hal itu disyariatkan berdasarkan kesepakatan ulama.” (Nailul Author, 4/467, Asy Syamilah)

Namun karena sujud tilawah bukanlah shalat, maka tidak disyari’atkan untuk menghadap kiblat. Akan tetapi, yang lebih utama adalah tetap dalam keadaan menghadap kiblat dan tidak boleh seseorang meninggalkan hal ini kecuali jika ada udzur. Jadi, menghadap kiblat bukanlah syarat untuk melakukan sujud tilawah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/450)

Bagaimana Tata Cara Sujud Tilawah bagi Orang yang Sedang Berjalan atau Berkendaraan?

Siapa saja yang membaca atau mendengar ayat sajadah sedangkan dia dalam keadaan berjalan atau berkendaraan, kemudian ingin melakukan sujud tilawah, maka boleh pada saat itu berisyarat dengan kepalanya ke arah mana saja. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/450 dan lihat pula Al Mughni)

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ السُّجُودِ عَلَى الدَّابَةِ فَقَالَ : اسْجُدْ وَأَوْمِئْ.

Dari Ibnu ‘Umar: Beliau ditanyakan mengenai sujud (tilawah) di atas tunggangan. Beliau mengatakan, “Sujudlah dengan isyarat.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

Bacaan Ketika Sujud Tilawah

Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika shalat. Ada beberapa bacaan yang bisa kita baca ketika sujud di antaranya:

(1) Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى
“Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi] (HR. Muslim no. 772)

(2) Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a ketika ruku’ dan sujud:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)

(3) Dari ‘Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sujud membaca:

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Muslim no. 771)

Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana tersebar di berbagai buku dzikir dan do’a adalah berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya. Bacaan tersebut terdapat dalam hadits berikut:

(1) Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:

سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasa-i)

(2) Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat diriku sendiri di malam hari sedangkan aku tertidur (dalam mimpi). Aku seakan-akan shalat di belakang sebuah pohon. Tatkala itu aku bersujud, kemudian pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkan:

اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِى بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا وَضَعْ عَنِّى بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَا لِى عِنْدَكَ ذُخْرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّى كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ

“Allahummaktub lii bihaa ‘indaka ajron, wa dho’ ‘anniy bihaa wizron, waj’alhaa lii ‘indaka dzukhron, wa taqqobbalhaa minni kamaa taqobbaltahaa min ‘abdika dawuda”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kedua hadits di atas terdapat perselisihan ulama mengenai statusnya.

Untuk hadits pertama dikatakan shahih oleh At Tirmidzi, Al Hakim, An Nawawi, Adz Dzahabi, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Al Albani dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali. Sedangkan tambahan “Fatabaarakallahu ahsanul kholiqiin” dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi dan An Nawawi. Namun sebagian ulama lainnya semacam guru dari penulis Shahih Fiqih Sunnah, gurunya tersebut bernama Syaikh Abi ‘Umair dan menilai bahwa hadits ini lemah (dho’if).

Sedangkan hadits kedua dikatakan hasan oleh At Tirmidzi. Menurut Al Hakim, hadits kedua di atas adalah hadits yang shahih. Adz Dzahabi juga sependapat dengannya. Sedangkan ulama lainnya menganggap bahwa hadits ini memang memiliki syahid (penguat), namun penguat tersebut tidak mengangkat hadits ini dari status dho’if (lemah). Jadi, intinya kedua hadits di atas masih mengalami perselisihan mengenai keshahihannya. Oleh karena itu, bacaan ketika sujud tilawah diperbolehkan dengan bacaan sebagaimana sujud dalam shalat seperti yang kami contohkan di atas.

Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah- mengatakan,

أَمَّا أَنَا فَأَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى

“Adapun (ketika sujud tilawah), maka aku biasa membaca: Subhaana robbiyal a’laa” (Al Mughni, 3/93, Asy Syamilah)

Dan di antara bacaan sujud dalam shalat terdapat pula bacaan “Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin”, sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Ali yang diriwayatkan oleh Muslim.

Ini adalah permasalahan yang masih tanda tanya di benak kami sejak dulu. Bagaimana jika ayat sajadah di akhir surat, bagaimana sujud tilawah yang harus dilakukan? Semoga pembahasan berikut bermanfaat.

Hukum Sujud Tilawah Ditujukan pada Siapa Saja?

[Pertama] Sujud tilawah ditujukan untuk orang yang membaca Al Qur’an dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama, baik ayat sajadah dibaca di dalam shalat ataupun di luar shalat.

[Kedua] Lalu bagaimana untuk orang yang mendengar bacaan Qur’an dan di sana terdapat ayat sajadah? Apakah dia juga dianjurkan sujud tilawah?

Dalam kasus kedua ini terdapat perselisihan di antara para ulama.

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah dianjurkan untuk sujud tilawah, walaupun orang yang membacanya tidak melakukan sujud. Pendapat pertama ini dipilih oleh Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i, dan salah satu pendapat Imam Malik.
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah ikut bersujud jika dia menyimak bacaan dan jika orang yang membaca ayat sajadah tersebut ikut bersujud. Pendapat kedua ini dipilih oleh Imam Ahmad dan salah satu pendapat Imam Malik. Inilah pendapat yang lebih kuat.

Dalil dari pendapat kedua ini adalah dua hadits shahih berikut:

Hadits Ibnu ‘Umar: “Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan pada Tamim bin Hadzlam yang saat itu adalah seorang pemuda (ghulam), -tatkala itu dia membacakan pada Ibnu Mas’ud ayat sajadah-,
اسْجُدْ فَإِنَّكَ إِمَامُنَا فِيهَا
“Bersujudlah karena engkau adalah imam kami dalam sujud tersebut.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq). Al Bukhari membawakan hadits Ibnu ‘Umar di atas dan riwayat Ibnu Mas’ud ini pada Bab “Siapa yang sujud karena sujud orang yang membaca Al Qur’an (ayat sajadah).”

Perhatian:
Disyariatkan bagi orang yang mendengar bacaan ayat sajadah kemudian dia ikut bersujud adalah apabila orang yang diikuti termasuk orang yang layak jadi imam. Jadi, apabila orang yang diikuti tadi adalah anak kecil (shobiy) atau wanita, maka orang yang mendengar bacaan ayat sajadah tadi tidak perlu ikut bersujud. Inilah pendapat Qotadah, Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Ishaq. (Lihat Al Mughni, 3/98)

Bolehkah Melakukan Sujud Tilawah di Waktu Terlarang untuk Shalat?

Sujud tilawah boleh dilakukan di waktu terlarang untuk shalat. Alasannya, karena sujud tilawah bukanlah shalat. Sedangkan larangan shalat di waktu terlarang adalah larangan khusus untuk shalat. Inilah pendapat yang lebih kuat di antara pendapat para ulama. Inilah pendapat Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnu Hazm. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

Bagaimana Ketika Membaca Ayat Sajadah, Luput Dari Sujud Tilawah?

Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah atau mendengarnya langsung bersujud setelah membaca ayat tersebut, walaupun mungkin telat beberapa saat. Namun, apabila sudah lewat waktu yang cukup lama antara membaca ayat dan sujud, maka tidak ada anjuran sujud sahwi karena dia sudah luput dari tempatnya. Inilah pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

Sujud Tilawah Ketika Shalat

Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah dalam shalat baik shalat wajib maupun shalat sunnah agar melakukan sujud tilawah. Inilah pendapat mayoritas ulama. Hal ini dianjurkan pada shalat jama’ah atau sendirian dan shalat siriyah (shalat dengan suara lirih seperti pada shalat zhuhur dan ashar) atau shalat jariyah (shalat dengan suara keras seperti pada shalat maghrib dan isya).

عَنْ أَبِى رَافِعٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ الْعَتَمَةَ فَقَرَأَ ( إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ ) فَسَجَدَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِى الْقَاسِمِ – صلى الله عليه وسلم – فَلاَ أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ

Dari Abu Rofi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ (shalat ‘atamah) bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rofi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rofi’ mengatakan, “Aku tidaklah pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat ini.” (HR. Bukhari no. 768 dan Muslim no. 578)

Namun bagaimana jika shalatnya adalah shalat siriyah semacam shalat zhuhur dan shalat ashar? Pada shalat tersebut, makmum tidak mendengar kalau imam membaca ayat sajadah.

Sebagian ulama Hanabilah mengatakan bahwa imam terlarang untuk membaca ayat sajadah dalam shalat yang tidak dijaherkan suaranya (dikeraskan suaranya). Jika imam tersebut tetap membaca ayat sajadah dalam shalat semacam itu, maka tidak perlu ada sujud. Pendapat ini juga adalah pendapat Imam Abu Hanifah. Alasan dari pendapat ini adalah agar tidak membuat kebingungan pada makmum.

Namun ulama Syafi’iyah tidaklah melarang hal ini. Karena tugas makmum hanyalah mengikuti imam. Jadi jika imam melakukan sujud tilawah, maka makmum hanya manut saja dan dia ikut sujud. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا

“Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbirlah. Jika imam sujud, maka bersujudlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu pula apabila seorang makmum tatkala dia berada jauh dari imam sehingga tidak bisa mendengar bacaannya atau makmum tersebut adalah seorang yang tuli, maka dia harus tetap sujud karena mengikuti imam.

Pendapat kedua inilah yang lebih tepat. Inilah pendapat yang juga dipilih oleh Ibnu Qudamah. (Lihat Al Mughni, 3/104)

Terlarang Meloncati Ayat Sajdah Karena Alasan Supaya Tidak Sujud

Ibnu Qudamah mengatakan, “Dimakruhkan melakukan ikhtishorus sujud yaitu melompati ayat sajadah agar tidak bersujud. Yang berpendapat seperti ini adalah Asy Sya’bi, An Nakho’i, Al Hasan, Ishaq. Sedangkan An Nu’man, sahabatnya Muhammad dan Abu Tsaur memberi keringanan dalam hal ini.” Ibnu Qudamah lalu mengatakan,

وَلَنَا أَنَّهُ لَيْسَ بِمَرْوِيٍّ عَنْ السَّلَفِ فِعْلُهُ ، بَلْ كَرَاهَتُهُ

“Menurut kami, tidak ada diriwayatkan dari seorang salaf pun yang melakukan semacam ini (yaitu melompati ayat sajadah agar tidak melakukan sujud tilawah), bahkan mereka (para salaf) memakruhkan hal ini.” (Lihat Al Mughni, 3/103)

Bagaimana Jika Ayat Sajadah Berada Di Akhir Surat?

Surat yang terdapat ayat sajadah di akhir adalah seperti surat An Najm ayat 62 dan surat Al ‘Alaq ayat 19. Maka ada tiga pilihan dalam kasus ini.

[Pilihan pertama] Ketika membaca ayat sajadah lalu melakukan sujud tilawah kemudian setelah itu berdiri kembali dan membaca surat lain kemudian ruku’.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh ‘Umar bin Khaththab. Ketika shalat shubuh, beliau membaca surat Yusuf pada raka’at pertama. Kemudian pada raka’at kedua, beliau membaca surat An Najm (dalam surat An Najm terdapat ayat sajadah, pen), lalu beliau sujud (yaitu sujud tilawah). Setelah itu, beliau bangkit lagi dari sujud kemudian berdiri dan membaca surat “Idzas samaa-un syaqqot” (Diriwayatkan oleh ‘Abdur Rozaq dan Ath Thohawiy dengan sanad yang shahih)

[Pilihan kedua] Jika ayat sajadah di ayat terakhir dari surat, maka cukup dengan ruku’ dan itu sudah menggantikan sujud.
Ibnu Mas’ud pernah ditanyakan mengenai surat yang di akhirnya terdapat ayat sajadah, “Apakah ketika itu perlu sujud ataukah cukup dengan ruku’?” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Jika antara kamu dan ayat sajadah hanya perlu ruku’, maka itu lebih mendekati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)

[Pilihan ketika] Jika ayat sajadah di ayat terakhir di suatu surat, ketika membaca ayat tersebut, lalu sujud tilawah, kemudian bertakbir dan berdiri kembali, lalu dilanjutkan dengan ruku’ tanpa ada penambahan bacaan surat.
Dari tiga pilihan di atas, cara pertama adalah yang lebih utama. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 453-454)

Bagaimana Jika Membaca Ayat Sajadah Di Atas Mimbar?

Jika ayat sajadah dibaca di atas mimbar, maka dianjurkan pula untuk melakukan sujud tilawah dan para jama’ah juga dianjurkan untuk sujud. Namun apabila sujud itu ditinggalkan, maka ini juga tidak mengapa. Hal ini telah ada riwayatnya sebagaimana terdapat pada riwayat Ibnu ‘Umar yang telah lewat.

Di Mana Sajakah Ayat Sajadah?

Ayat sajadah di dalam Al Qur’an terdapat pada 15 tempat. Sepuluh tempat disepakati. Empat tempat masih dipersilisihkan, namun terdapat hadits shahih yang menjelaskan hal ini. Satu tempat adalah berdasarkan hadits, namun tidak sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi sebagian melakukan sujud tatkala bertemu dengan ayat tersebut. (Lihat pembahasan ini di Shahih Fiqih Sunnah, 1/454-458)

Sepuluh ayat yang disepakati sebagai ayat sajadah

1. QS. Al A’rof ayat 206
2. QS. Ar Ro’du ayat 15
3. QS. An Nahl ayat 49-50
4. QS. Al Isro’ ayat 107-109
5. QS. Maryam ayat 58
6. QS. Al Hajj ayat 18
7. QS. Al Furqon ayat 60
8. QS. An Naml ayat 25-26
9. QS. As Sajdah ayat 15
10. QS. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS. Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)

Empat ayat yang termasuk ayat sajadah namun diperselisihkan, akan tetapi ada dalil shahih yang menjelaskannya

1. QS. Shaad ayat 24
2. QS. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
3. QS. Al Insyiqaq ayat 20-21
4. QS. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)

Satu ayat yang masih diperselisihkan dan tidak ada hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Nabi) yang menjelaskannya, yaitu surat Al Hajj ayat 77.
Banyak sahabat yang menganggap ayat ini sebagai ayat sajadah semacam Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa, Abud Darda, dan ‘Ammar bin Yasar.

Ibnu Qudamah mengatakan,

لَمْ نَعْرِفْ لَهُمْ مُخَالِفًا فِي عَصْرِهِمْ ، فَيَكُونُ إجْمَاعًا
“Kami tidaklah mengetahui adanya perselisihan di masa sahabat mengenai ayat ini sebagai ayat sajadah. Maka ini menunjukkan bahwa para sahabat telah berijma’ (bersepakat) dalam masalah ini.” (Al Mughni, 3/88)

Demikian pembahasan mengenai sujud tilawah. Semoga risalah ini bisa menjadi ilmu bermanfaat bagi kita sekalian. Ya Allah, berilah manfaat terhadap apa yang kami pelajari, ajarilah ilmu yang belum kami ketahui dan tambahkanlah selalu ilmu kepada kami.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal - http://rumaysho.wordpress.com/
Selesai disusun di Panggang, Gunung Kidul, rumah mertua tercinta, 20 Jumadits Tsani 1430 H



Anda Pasti juga Bisa mewujudkannya