24 January 2008

Kisah Si Syukur dan Si Puas

Kisah Si Syukur dan Si Puas
Ini kisah tentang dua orang saudara kembar yang hidup di desa, yang satu bernama Syukur dan yang satu bernama Puas. Bagaimana mereka berdua tampak sama tetapi sesungguhnya berbeda.

Di ulang tahun mereka yang ke-7 ayah mereka membelikan dua buah sepeda baru. Keesokan harinya ketika matahari fajar baru saja mengintip, Ibu si kembar mendapati Syukur dan Puas sudah tidak ada di tempat tidur mereka. Syukur sudah pergi ke danau di pinggir desa dengan sepeda barunya, dia memang sudah lama ingin sekali mendapat kesempatan berkeliling danau itu, ia ingin melihat keindahannya, hewan-hewan yang ada di sisi utara danau, sampai ke bagian ujung tenggara yang katanya menyimpan banyak tumbuhan langka yang berkhasiat obat.
Sedangkan Si Puas ternyata ada di belakang rumah sedang mencuci dan mengelap sepedanya itunya hingga mengkilat setengah harian penuh! setelah selesai, Puas duduk mengaso sambil memandangi dengan tatapan kagum akan keindahan sepeda barunya yang kinclong itu. Hampir tak sedetikpun matanya berkejap. Hingga senja menyingsing, dan si Syukur sudah kembali dengan seribu cerita tentang keindahan danau, aneka ragam hewan lucu dan tumbuhan aneh yang ditemuinya, Puas masih duduk tersenyum-senyum sendiri memandangi sepedanya.

Si Syukur bersyukur akan sepeda barunya, si Puas merasa Puas dengan sepeda barunya.

Di usia remaja, sebagai hadiah kelulusan dari SMA orang tua mereka memberi uang 1 juta rupiah. Malam itu si Puas langsung mentraktir makan dan minum teman-temannya untuk merayakan keberhasilannya. Besoknya ia mengajak pacarnya ke kota untuk makan, main dan nonton di mal, sebelum pulang pacarnya melirik ke sebuah jam tangan yang tampak begitu manis di balik etalase, karena sangat bahagia dan cinta si Puas langsung menyuruh pramuniaga membawa jam itu ke kasir untuk dibayar tunai. Belum 24 jam uang 1 juta sudah amblas ditelan bumi. Di keesokan hari yang sama, Syukur berdesakkan di dalam bis kota untuk mendaftarkan diri di sebuah universitas ternama di kota terdekat desa mereka. Uang satu juta yang dipegang Syukur pun habis. Dua bulan kemudian Syukur memulai kuliahnya dan menjadi mahasiswa, saudaranya si Puas menganggur dan berpikir untuk mencari kerja saja.

Si Syukur bersyukur akan kelulusannya, Si Puas merasa Puas dengan kelulusannya.

Di umur 25, Syukur dan Puas sama-sama sudah bekerja. Tentunya sebagai lulusan Universitas Syukur memiliki pekerjaan yang lebih berbobot dan lebih baik secara kompensasi daripada si Puas. Kemudian, datanglah sebuah kabar bahwa Ayah mereka meninggal. Surat wasiat POST http://www.blogger.com/post-create.do HTTP/1.0yang dibacakan setelah pemakaman memberikan satu hektar tanah untuk Syukur dan seluruh rumah beserta isinya untuk Puas. Sebulan kemudian Syukur meninggalkan pekerjaannya di kota, menggunakan tabungannya dan kembali ke desa membuka lahan tersebut untuk dijadikan perkebunan karet. Ia membangun rumah sederhana di pinggir kebunnya dan hidup disana. Sementara si Puas cukup puas dengan pekerjaan alakadarnya dan rumah warisannya itu. Ia hidup disana, melakukan pekerjaan yang sama dan itu-itu saja sampai akhir sisa hidupnya. Beberapa tahun kemudian Syukur dikenal sebagai pengusaha agribisnis yang memiliki hampir 10.000 hektar area perkebunan karet yang menjadi tulang punggung ekonomi desa itu. Pabrik pengolahannya memepekerjakan 8000 kepala keluarga dari desa desa sekitarnya dan menghidupi hampir 25.000 orang.

Si Syukur selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam hidupnya. Si Puas selalu berpuas akan segala hal yang datang kepadanya.

Syukur dan Puas adalah dua hal yang sepintas sama, tetapi kita perlu mengerti perbedaan mendasar akan keduanya. Menjadi bersyukur berarti memahami bahwa segala hal yang terjadi pada diri kita adalah fana dan tidak akan selamanya, bahwa sebuah pemberian atau anugerah berarti tanggung jawab untuk menggunakannya untuk sebuah tujuan lain yang lebih besar. Secara kontras, menjadi berpuas adalah merasa bahwa apa yang kita dapat adalah hasil final karenanya harus dinikmati habis tanpa perlu memikirkan bahwa sesungguhnya ada sebuah grand design dari kekuatan yang jauh lebih besar di luar semuanya, seperti si Puas yang selalu merasa nyaman dengan apa yang ia dapat dan tidak pernah menyadari bahwa di depan matanya sebenarnya pintu terbuka lebar bagi dirinya untuk bertumbuh dan menjadikan keberadaannya lebih bermakna.

Sayang memang... mungkin karena Si Puas tidak pernah mendengar doa si Syukur yang dibacanya setiap malam sebelum ia tidur, begini bisik harap si syukur:

”Tuhan, berikanlah aku sebuah hati yang tidak pernah merasa puas.

Berikan aku sebuah hati yang selalu memiliki keberanian untuk menyuarakan pertanyaan-pertanyaan yang selalu takut untuk saya ajukan.

Keluarkan aku dari jerat bungkusan rasa nyaman.

Buat aku mampu menikmati apa yang engkau berikan, tetapi dalam waktu yang bersamaan limpahi aku pemahaman bahwa apa yang kau berikan itu bukanlah segala-galanya.

Biarkan aku selalu merasa bahwa SAYA SUDAH BAIK, tetapi diatas semua itu buat saya selalu melihat bahwa saya selalu bisa menjadi SESEORANG YANG JAUH LEBIH BAIK.

Karena jika saya tetap memohon kepadamu, niscaya engkau akan selalu datang dan menuntunku ke sebuah cakrawala pemahaman baru yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Memaknai warna warni baru yang belum pernah aku bayangkan ada”

-Mari selalu berSYUKUR, tetapi jangan pernah merasa PUAS!, it’s the only key for us to always grow, Don’t stop growing friends, we can always be bigger than what we already are. Our hands are meant to reach the sky, sehingga tubuh kita akan dapat mengantarkan jiwa kita kembali bersatu dengan cahaya, dan melebur bersamanya-

No comments: