18 January 2008

MENIKMATI KRITIK & CELAAN

MENIKMATI KRITIK & CELAAN

Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala
dirinya ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang
yang lemah akal dan imannya, niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan
sibuk menganiaya diri sendiri dengan memboroskan waktu untuk memikirkan
kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan cara-cara
mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau mencari dalih-dalih
untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya tersebut hanya
akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan
kegelisahan.

Persis seperti orang yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di
bawahnya ada seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba
datang beberapa orang yang memberitahukan bahaya yang mengancam dirinya
itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang
lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi? Setelah ia mendengar
pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan
kepada ular namun kepada orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya
tersebut.

Lain halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian
akhlak. Ketika datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat
atau sedahsyat apapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia
justru dapat menikmati karena yakin betul bahwa semua musibah yang
menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan seijin Allah Azza wa
Jalla.

Allah tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan
memberitahunya dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang
dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk nasehat yang halus, adakalanya
lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak jarang berupa cacian
teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui lisan seorang
guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja. Terserah
Allah.

Jadi, kenapa kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang
menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur
dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji
mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala kejelekkan dan aib yang
mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.

Karenanya, jangan aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama
yang shaleh ketika dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan
perasaan sakit hati dan keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap
penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai
tanda terima kasih atas pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat
terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh kesungguhan telah
disampaikan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.

Sahabat, bagi kita yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada
terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan
berbagai bentuk.

Ketahuilah, ada tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik.
Pertama, kritiknya benar dan caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar,
tetapi caranya menyakitkan. Dan ketiga, kritiknya tidak benar dan
caranya pun menyakitkan.

Bentuk kritik yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan.
Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun,
sekiranya sikap kita dalam menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. Karena, sesungguhnya kemuliaan dan
keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.

Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan
mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)

Ingatlah, walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah
menghendaki kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri
kita menjadi jatuh ke lembah kehinaan. Apalah artinya kekuatan sang
mahluk dibandingkan Khalik-nya? Manusia memang sering lupa bahwa qudrah
dan iradah Allah itu berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong
dan takabur, seakan-akan dunia dan isinya ini berada dalam genggaman
tangannya. Naudzubillaah!!!

Padahal, Allah Azza wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan
yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki.
Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau
Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha kuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali 'Imran [3] : 26)***

(Sumber : Majalah FSMQ EDISI 08/TH.1/FEBRUARI 2000)

No comments: