22 June 2007

Cara meningkatkan kualitas hidup

CARA MENINGKATKAN KWALITAS HIDUP

Percayakah Anda bahwa ada cara mudah dan murah untuk meningkatkan kualitas hidup kita? Bukan dengan harta melimpah dan penampilan gagah, atau faktor-faktor internal semisal penghargaan dan penerimaan orang lain. Namun dengan sesuatu yang lebih sederhana, sebab ia berasal dari diri kita sendiri. Sesuatu yang lebih personal.

Tiga Fase Kehidupan
Dalam keyakinan kita sebagai muslimin, ada tiga fase kehidupan yang sedang dan akan kita lalui. Kehidupan kita di dunia ini, kehidupan di alam barzakh (kubur) serta ehidupan di akhirat. Di masing-masing fase ini, ada bentuk-bentuk kenikmatan yang berbeda-beda. Demikian juga dengan bentuk penderitaan atau kesengsaraannya. Kebahagiaan yang hakiki hanya akan tercapai jika kita mendapatkan kenikmatan di masing-masing tahapan ini. Sehingga, ada yang kita sebut kebahagiaan semu. Yaitu kebahagiaan di dunia belaka, namun berlanjut dengan penderitaan di tahapan-tahapan berikutnya. Bukankah tidak bisa
disebut kenikmatan, sesuatu yang hanya memberikan nikmat sesaat untuk kemudian mendatangkan penderitaan selamanya?

Mendudukkan Persoalan
Allah telah berfirman di dalam surat Thaha ayat 124, "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Ada sebagian ulama yang menafsirkan `kehidupan yang sempit' dengan azab kubur. Dan bahwa azab kubur merupakan kehidupan yang sempit, tentulah tidak diragukan lagi. Ibnul Qayyim menambahkan, "Tapi ayat ini mencakup makna yang lebih umum daripada penafsiran itu. Karena meski disebut dengan kata nakirah, tapi dalam bentuk itsbat (penetapan). Sehingga keumumannya dari segi makna." Dalam ayat ini Allah mengaitkan kesempitan hidup dengan berpalingnya manusia dari peringatan-Nya. Dan ini sebuah ketetapan yang pasti benar. Maka, siapapun yang berpaling dari Allah dalam hidupnya, pasti akan mendapatkan kesempitan hidup. Kesempitan hidup ini bertingkat-
tingkat sesuai dengan kadar berpalingnya manusia dari Allah. Semakin dia berpaling, semakin sempit kehidupan yang akan dia rasakan. Pun demikian pula sebaliknya.semakin dia ingat dan dekat kepada Allah, semakin lapang kehidupan yang akan dia rasakan.

Ibnu Katsir berkata, "Kesempitan hidup di dunia karena mu'ridh (manusia yang berpaling) tidak memiliki ketenteraman hidup dan kelapangan dada. Walau dia bergelimang dengan harta yang melimpah tetapi hatinya sempit lantaran kesesatannya. Dunia tidak akan membawanya kepada keyakinan dan hidayah. Dia selalu berada dalam
kegalauan, kebimbangan, dan keraguaPOST http://www.blogger.com/post-edit.do HTTP/1.0n. Sementara azab kuburPOST http://www.bloggPOST http://www.blogger.com/post-create.do HTTP/1.0er.com/post-edit.do HTTP/1.0POST http://www.blogger.com/post-edit.do HTTP/1.0 menantinya."

Hatinya yang terikat kepada dunia mewariskan kecintaan kepada dunia, syahwat dan kedudukan. Angan-angannya yang panjang dan batil membuatnya mabuk yang lebih berbahaya daripada mabuk karena khamer. Dia lupa bahwa ada kematian yang mengintai dan pertanggungjawaban di sisi-Nya kelak.


Termasuk Berpaling dari Allah Siapa sajakah manusia yang termasuk kelompok mu'ridhin ini? Kelompok yang wajib merasakan kesempitan hidup sebagai buah dari pohon bernama 'berpaling' dari Allah. Dalam Zubdatu at Tafsir disebutkan bahwa yang
termasuk ke dalam kelompok ini ada tiga macam; berpaling dari agama Allah, berpaling dari membaca kitabullah dan berpaling dari pengamalan ajaran-ajaran Allah.

Maka seluruh manusia yang ingkar kepada-Nya pasti akan merasakan kesempitan hidup. Karena sesungguhnya hati manusia tidak akan tenang dan jiwa tidak akan tenteram kecuali menemukan Ilah (sesembahan) yang hak. Padahal semua sesembahan selain Allah adalah batil. Yang tidak akan bisa menentramkan hati dan jiwa para penyembahnya. Namun demikian, kaum muslimin pun tidak akan merasakan ketentraman hidup jika mereka tidak membaca kitabullah dan tidak mengamalkan
ajaran-ajaran Allah dengan benar dan sungguh-sungguh. Karena keduanya termasuk kategori berpaling dari Allah.

Rahasia Hati
Sesungguhnya setiap kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia, berpangkal pada hidup dan matinya hati. Pada bersinar atau gelapnya hati. Allah berfirman, "Apakah manusia yang mati, kemudian dia Kami hidupkan (hatinya), dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengannya dia berjalan di antara manusia, serupa dengan manusia yang
berada di dalam kegelapan,yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?" (al An'am: 122)

Hati memiliki logika sendiri yang seringkali berbeda dengan logika akal atau logika materi. Artinya, penerimaan, kepuasan, kebahagiaan dan kedamaian atau penolakan, kegalauan dan kerisauan, bermula dari keadaan hati. Jika hati ridha kepada sesuatu, maka hal itu akan menenangkan jiwa meski di mata orang lain sulit diterima. Demikian pula sebaliknya, jika hati menolak sesuatu, hal itu akan menyiksa jiwa meski orang lain melihatnya bahagia.Kemiskinan, kesendirian, penolakan orang lain karena prinsip yang kita pegang, bahkan penjara sekalipun, akan terasa ringan jika kita ridha dengan semua itu. Seburuk apapun ia tampak di mata orang lain. Pun demikian sebaliknya, kekayaan, fasilitas lengkap atau dukungan orang banyak, akan terasa menyiksa jika kita menolaknya. Kualitas hidup tergantung lebih kepada bagaimana kita mengatur hati.
Keimanan yang kuat kepada Allah dan puas atas apapun yang kita terima dari-Nya. Sikap bersyukur saat kita merasa lapang dan sabar saat kita merasa sempit menjadi sikap istimewa dan mengagumkan. Ibnul Qayyim menam-bahkan, "Siapa yang hatinya senang karena Allah, maka segala sesuatu akan menyenangkan baginya."

Sendi-sendi Kebahagiaan
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berbakti, pasti berada dalam syurga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka pasti berada dalam neraka." (al Infithaar: 13-14)

Kenikmatan bagi hamba yang berbakti dan siksa bagi yang durhaka, tentu kita sudah tahu. Tapi komentar Ibnul Qayyim tentang ayat ini layak kita perhatikan.beliau berkata, "Janganlah Anda menganggap bahwa firman Allah ini hanya dikhususkan pada hari berbangkit saja. Tapi sebenarnya kenikmatan itu akan dirasakan hamba-hamba yang berbakti pada tiga periode kehidupan mereka. Pun demikian, siksa itu akan dirasakan manusia-manusia durhaka pada tiga kehidupan mereka. Di dunia ini, di alam barzakh dan di akhirat."Perbuatan baik akan memberikan kepuasan di dalam hati, sementara perbuatan buruk akan mewariskan kegelisahan bagi pelakunya. Ini akan terasakan di dunia ini tanpa menunggu datangnya hari akhir. Sebuah rahasia agung tentang apa yang harus kita lakukan guna meraih kebahagiaan hidup.

Jangan Berpaling dari Allah
Kita harus percaya bahwa iman dan amal shalih akan mewariskan kehidupan yang baik. Sebagaimana firman Allah, "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dan dia dalam keadaan beriman, maka akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri mereka balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (an Nahl: 97)

Maka barangsiapa yang bisa memperoleh keduanya dalam hidupnya, sungguh dia telah mendapatkan anugerah agung, kenikmatan yang tiada tara. Ibnul Qayyim melanjutkan, "Adakah kenikmatan dan kelezatan di dunia ini yang lebih baik daripada hati yang bersih, dada yang lapang, mengenal Allah dan mencintai-Nya, serta beramal (shalih) sesuai dengan kehendak-Nya?" Sungguh, inilah kenikmatan dan kelezatan hakiki. Sendi-
sendi kebahagiaan yang asli dan tidak akan menipu.Maka jangan berpaling dari Allah, jika tidak ingin mengalami kekecewaan. Mari kita mulai membersihkan hati, berfikir positif, mengenali Allah dan mencintai Dia, serta beramal shalih untuk sesama, agar kita beroleh kebahagiaan hidup yang kita damba. Semoga.Wallahu A'lam.

No comments: